Sungai Batang Arau, yang mengalir di jantung Kota Padang, Sumatera Barat, adalah salah satu sungai yang penting bagi kehidupan masyarakat setempat. Namun, sayangnya, sungai ini menghadapi tantangan serius akibat pencemaran. Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, sumber pencemaran utama adalah limbah industri, rumah sakit, pasar, dan aktivitas kapal di muara sungai. Salah satu ancaman yang berpotensi hadir dalam pencemaran ini adalah logam berat kadmium (Cd).
Apa itu Kadmium dan Mengapa Berbahaya?
Kadmium adalah logam berat yang sering digunakan dalam berbagai industri, seperti pembuatan baterai, pelapisan logam, dan pigmen. Meski berguna, kadmium sangat berbahaya jika masuk ke lingkungan, terutama air sungai. Dalam jumlah kecil saja, kadmium dapat meracuni makhluk hidup, termasuk manusia.Â
Ketika kadmium mencemari sungai, ia bisa diserap oleh organisme air seperti ikan dan kerang.Jika ikan-ikan ini dikonsumsi manusia, efek kesehatan yang serius bisa muncul, seperti:
1.Kerusakan ginjal: Kadmium dapat mengganggu fungsi ginjal, menyebabkan tubuh kesulitan membuang racun.
2.Gangguan tulang: Kadmium dapat membuat tulang menjadi rapuh.
3.Risiko kanker: Logam ini diketahui dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Bagaimana Kadmium Mencemari Sungai Batang Arau?
Aktivitas industri dan pembuangan limbah tanpa pengolahan yang baik adalah sumber utama pencemaran kadmium. Limbah dari pabrik, limbah medis dari rumah sakit, dan bahan kimia dari kapal di muara sungai semuanya dapat menjadi sumber kontaminasi logam berat, termasuk kadmium.
Solusi: Penanganan dengan Metode Biosorpsi
Untuk mengatasi pencemaran kadmium, salah satu metode yang ramah lingkungan dan efektif adalah biosorpsi. Metode ini menggunakan bahan alami, seperti tumbuhan, jamur, atau mikroorganisme, untuk menyerap logam berat dari air. Berikut adalah langkah sederhana mengenai cara kerja biosorpsi:
1.Pengumpulan Bahan Biosorben: Biosorben adalah bahan yang mampu menyerap logam berat. Contohnya adalah limbah organik seperti kulit jeruk, ampas tebu, atau serat kelapa, serta mikroorganisme seperti alga atau bakteri tertentu.
2.Proses Penyaringan Air: Air yang tercemar dilewatkan melalui bahan biosorben. Bahan ini akan menyerap logam berat seperti kadmium dari air, sehingga air yang keluar menjadi lebih bersih.
3.Pengolahan dan Penggunaan Kembali Biosorben: Setelah digunakan, biosorben dapat diproses untuk menghilangkan logam berat yang telah diserap dan digunakan kembali.
4.Proses Penyaringan Air: Air yang tercemar dilewatkan melalui bahan biosorben. Bahan ini akan menyerap logam berat seperti kadmium dari air, sehingga air yang keluar menjadi lebih bersih.
5.Pengolahan dan Penggunaan Kembali Biosorben: Setelah digunakan, biosorben dapat diproses untuk menghilangkan logam berat yang telah diserap dan digunakan kembali.
Mengapa Biosorpsi Efektif?
1. Ramah Lingkungan: Biosorpsi menggunakan bahan alami yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
2. Biaya Rendah: Banyak bahan biosorben yang tersedia secara melimpah dan murah.
3. Efektif untuk Logam Berat: Kadmium dan logam berat lainnya dapat dihilangkan secara signifikan dengan metode ini.
Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat dan Pemerintah?
- Pemerintah: Harus mendorong penerapan teknologi seperti biosorpsi di pabrik-pabrik dan fasilitas pengolahan limbah. Pengawasan terhadap pembuangan limbah industri dan rumah sakit juga perlu diperketat.
- Masyarakat: Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan mendukung upaya rehabilitasi lingkungan.
- Akademisi dan Peneliti: Terus mengembangkan metode biosorpsi agar lebih efektif dan dapat diterapkan secara luas.
Harapan untuk Sungai Batang Arau
Dengan penerapan teknologi biosorpsi dan upaya kolaboratif dari pemerintah, masyarakat, dan industri, diharapkan Sungai Batang Arau dapat terbebas dari pencemaran kadmium. Sungai yang bersih tidak hanya menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar, tetapi juga warisan berharga bagi generasi mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI