Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Belum terlambat aku mencintai-Mu

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru (IG: @david.usolin.sdb) Note: Semua tulisan dalam platform ini dibuat atas nama pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Teologi dan Politik Spinoza

21 November 2019   21:04 Diperbarui: 21 November 2019   21:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

  • bersifat universal dan umum bagi semua orang, sebab hukum itu diperoleh melalui deduksi dari kodrat universal manusia,
  • tidak tergantung dari kebenaran narasi historis apapun (entah Taurat, kitab para nabi, dsb). Sebaliknya, hukum itu ada (exist) dalam setiap manusia. 

Hukum ilahi yang dimaksud dapat kita temukan dalam Kitab Suci. Pada bab selanjutnya, Spinoza akan menunjukkan bahwa Kitab Suci secara literer mengakui baik cahaya akal budi manusia dan hukum Allah. (TTP, Part I, Bab 4:100)

 

Bab Lima: Hukum Seremonial  

Setelah kita mengetahui bahwa hukum Allah itu bersifat universal bagi setiap orang, maka implikasinya pada pemikiran dan kehidupan bersama menjadi sangat penting. Ibadah kepada Allah sebenarnya ditujukan demi kebahagiaan temporal, kestabilan bangsa, dan hanya bisa dijalankan selama bangsa Israel masih ada. 

            Ibadah merupakan sarana pemersatu yang paling manjur, jika dibandingkan dengan kekuasaan absolut yang menindas. Supaya menjaga agar suatu negara tidak runtuh akibat tekanan berlebihan dari penguasa, maka suatu sistem pemerintah yang baik itu memiliki ciri:

 

  • Pemegang kuasa itu harus ada pada tangan rakyat, sehingga semua orang merasa terikat untuk mengabdi bangsanya. Tidak ada orang yang lebih rendah dari sesamanya.
  • Hukum mesti diatur sedemikian rupa sehingga ada landasan bagi masyarakat untuk berharap bahwa kebaikan dalam negara tersebut terjamin. Orang tidak boleh hidup dalam ketakutan, supaya setiap orang bisa sungguh-sungguh melakukan tugasnya.
  • Dalam masyarakat semacam ini, manusia akan tetap bebas, entah hukum itu ditambahkan ataupun dikurangi, karena hukum didasarkan pada konsensus bersama dan bukan bergantung pada otoritas eksternal.

  

Sebagai kesimpulan dari bab ini, Spinoza mengatakan bahwa kebenaran dari narasi-narasi Kitab Suci sama sekali ada kaitannya dengan hukum Allah. Narasi-narasi itu hanya bertujuan untuk menjamin bahwa doktrin-doktrin agama tetap dihormati. Itulah sebabnya, sejarah suatu bangsa bisa dianggap lebih baik dari yang lain. Orang Yahudi beruntung memiliki Kitab Suci yang mengandung di dalamya visi hidup "penuh berkat" alias blessedness.

             Pada akhirnya, seseorang hanya dapat dihakimi menurut perbuatannya. Jika seseorang mengaku diri berlimpah dalam buah-buah roh, "kasih, sukacita, damai-sejahtera, sesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22), tetapi hidupnya berlawanan hal-hal itu, maka tidak ada hukum, entah yang ilahi maupun kodrati yang bisa menjamin bahwa orang itu hidupnya terberkati.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun