Mohon tunggu...
Pius Rengka
Pius Rengka Mohon Tunggu... Pemulung Kata -

Artikel kebudayaan, politik, sosial, budaya, sastra dan olahraga. Facebook:piusrengka. Surel:piusrengka@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Victor Jos Dikepung Rezim Jaringan Lama, "Human Trafficking", Holocaust Versi NTT

3 Januari 2019   17:58 Diperbarui: 3 Januari 2019   19:10 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Derita Manusia dan Duhka Kemanusiaan. Sumber Gambar:sofisrael.com

Membandingkan kasus human trafficking di tanah air dan khususnya di NTT dengan holocaust di Jerman tentu tidak sekadar kutip tanpa makna. Holocaust merupakan persekusi dan pembantaian 6 juta orang Yahudi yang dilakukan sistematis, birokratis dan disponsori rezim Nazi beserta para kolaboratornya.

"Holocaust" dari bahasa Yunani, artinya "berkorban dengan api." Jika di negeri "cincin api" ini kita masih menyimpan seketul harapan untuk menyelesaikan human trafficking, mengapa pula Nazi, yang mulai berkuasa di Jerman Januari 1933, meyakini bangsa Jerman adalah "ras unggul" sedangkan kaum Yahudi dianggap "inferior," yaitu ancaman luar terhadap apa yang disebut dengan masyarakat rasial Jerman.

Mengapa pula kita menganggap rakyat NTT jadi obyek dagang manusia yang menghasilkan mayat bergelimpangan tiap tahun? Jangan-jangan Pemda NTT memandang rakyatnya pantas dijual beli dan karenanya boleh dibunuh karena harga sudah tuntas terbayar.

Jika di sini disinggung seketul konflik Tutsi dan Huttu di Afrika, sebenarnya ingin ditegaskan selintas kemiripan bentuk terbantainya manusia NTT karena salah urus daerah kaya raya ini. Konflik etnik Tutsi dan Huttu, terutama pada akibatnya, karena pada mulanya pemerintah salah urus. NTT kaya. Pariwisata titik masuk yang pas. Mobilisasi kemakmuran sedang menjelang. Tinggal pemimpin berani mengambil tindakan. Itu kunci.

Jangan ragu, apalagi abu-abu pada keraguan. Jangan sibuk minum wine, tetapi lupa minum kebenaran. Jangan lupa tolong rakyat, bukan hanya tolong keluarga. Jangan bisnis wewenang untuk menjadi kaya. Itu jahat dan jahanam. Di akhir tulisan ini dikutip satu ungkapan yang dimuat Majalah FORTUNE. Ditulis begini:

Manajer mengelola, pemimpin melakukan inovasi. Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan. Manajer mengandalkan sistem, pemimpin mengandalkan orang. Manajer mengandalkan kendali, pemimpin mengandalkan kepercayaan. Manajer mengerjakan segalanya dengan benar, pemimpin mengerjakan segalanya yang benar. Begitulah. 


Catatan: Tulisan ini pernah dipublikasikan bulan silam di VoxNtt.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun