Desir asa terbang bersama kabut di persimpangan
Ku tengok kanan dan kiri semua riuh bertumbuh dalam bangku sekolah
Mereka bersama sepatu yang tak pernah rimpuh
Pun buku yang selalu utuh
Tak diragukan lagi jika harinya selalu hangat
Sementara aku
Hanya bisa mengintip dari bilik kerinduan
Menyuapi tiga adikku yang mulai berceloteh
Sesekali ku bertanya
Masih adakah kirana untukku?Â
Jika benar, berapa lama lagi ku harus menunggunya?Â
Jika tidak, pada siapa aku bisa meminta hakku?Â
Resah ini semakin menggebu setiap harinya
Renjana menulis, bercakap-cakap mulai memudar tanpa disadar
Aku
Tentu saja tidak ingin berpasrah ataupun menyerah
Namun apa daya jika hanya di kelilingi dengan harsa semu
Mengundang gerimis menangkis berbagai harapan sporadis