Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Puisi) Rimba Menanti Disapa

8 Oktober 2021   14:56 Diperbarui: 8 Oktober 2021   15:00 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelasi berlindung di rerimbunan rimba/hutan. (Foto Petrus Kanisius).

Rimba raya kala menyatu tentang nafasmu untuk semua

Menyeru tentang rimbunmu yang tak lagi rimbun seperti dulu kala

Apakah ini pertanda rimba terahir dan yang tersisa

Kata yang selalu terucap tentang tajuk-tajukmu yang semakin sulit rimbun

Tak sedikit yang mengatakan rimbunmu (tajuk-tajukmu) mulai terkulai layu

Hingga rebah tak berdaya tanpa ada yang menyapa

Tak kuat berdiri kokoh karena tangan yang semakin sulit terlihat mengusikmu

Disapa tentu ada suara yang menyatu berseru tentang pentingnya engkau (rimba) berlanjut

Tetapi rimba tampaknya semakin tersudut karena amarah dari tangan-tangan tak terlihat

Berseru tentang rimba yang raya, yang rimbun dan menyapa dengan harmoninya

Bukan tentang bencana yang selama ini menjadi keluahan kita selama ini

Dokma tentang rimba yang menghidupkan bukan sebaliknya

Kini mata tertuju padamu (rimba)

Masih bolehkah semua harmoni agar bisa kembali seperti sedia kala.

 

Tanah Kayong, 8/10/2021

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun