Mohon tunggu...
Pipit Indah Oktavia
Pipit Indah Oktavia Mohon Tunggu... Fresh Graduate dari Fakultas Hukum Universitas Jember

Menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena ingin belajar lebih banyak. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Jember yang percaya bahwa perspektif bisa tumbuh dari cerita sederhana. Di Kompasiana, saya ingin berbagi, bukan menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bosan di Rumah, Rindu Alam, Tapi Izin Itu Gak Semudah Itu

12 Juli 2025   08:50 Diperbarui: 12 Juli 2025   08:50 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada masa di mana rasanya duduk di kamar terlalu lama bikin pikiran sumpek. Bukan karena gak bersyukur punya tempat pulang, tapi karena tubuh dan jiwa seperti butuh bernafas di tempat yang lebih lapang. Mata ingin lihat hijau, telinga ingin dengar suara alam, bukan notifikasi HP atau suara kendaraan yang terus bising di luar pagar rumah. Tapi buat sebagian dari kita, terutama yang masih tinggal bersama orang tua, keinginan sederhana itu sering kali gak semudah mewujudkannya. Izin pergi ke alam terbuka, bahkan cuma untuk sehari, kadang bisa bikin galau berhari-hari.

Sebagai anak yang lahir dan besar dalam budaya Timur, kita tumbuh dengan pola asuh yang kuat dengan nilai kehati-hatian. Terutama soal perempuan yang bepergian, kadang dianggap penuh risiko, apalagi kalau tujuannya 'cuma' jalan-jalan ke gunung, pantai, atau hutan bareng teman. Padahal niatnya bukan cari bahaya, cuma pengen rehat sejenak dari penat, nyari ruang yang bisa bikin kepala lebih jernih. Tapi sayangnya, banyak orang tua masih menganggap kebutuhan ini sebagai sesuatu yang bisa ditunda atau bahkan tidak terlalu penting.

Fenomena ini gak cuma dialami satu-dua orang. Banyak anak muda di luar sana yang juga merasa terjebak dalam dilema yang sama. Ingin menjaga kepercayaan orang tua, tapi juga ingin menjaga kewarasan diri sendiri. Kadang dilema ini bikin kita memendam banyak hal, padahal menurut data dari World Health Organization (WHO), berinteraksi dengan alam punya dampak positif yang besar untuk kesehatan mental. Paparan alam terbuka terbukti mampu menurunkan tingkat stres, meningkatkan suasana hati, hingga menambah kreativitas. Artinya, keinginan untuk 'main ke alam' itu bukan hal yang sia-sia atau sekadar tren. Itu adalah bentuk self-care yang sah.

Kebutuhan akan alam juga muncul karena terlalu lama berada dalam rutinitas yang stagnan. Apalagi sejak pandemi, kita jadi lebih sering di rumah, beraktivitas lewat layar, dan cenderung kehilangan relasi dengan dunia nyata. Jadi, wajar jika sekarang banyak orang muda merasa ingin reconnect dengan alam dan lingkungan sosialnya secara langsung. Masalahnya, kebutuhan ini belum tentu bisa dipahami semua orang, terutama oleh generasi yang melihat healing hanya sebagai pelesiran.

Kadang kita hanya butuh ruang untuk bilang, "pingin ke luar sebentar, bukan karena aku gak betah di rumah, tapi karena aku ingin menjaga diriku sendiri." Tapi sayangnya, itu gak semudah kelihatannya. Untuk beberapa orang, menyuarakan keinginan ini butuh keberanian besar karena takut dianggap egois, keras kepala, atau gak paham tanggung jawab.

Menyeimbangkan antara keinginan pribadi dan restu keluarga memang gak pernah gampang. Tapi bukan berarti mustahil. Mungkin salah satu cara yang bisa dicoba adalah menjelaskan dengan perlahan, bahwa tujuan pergi ke alam itu bukan sekadar untuk senang-senang, tapi juga untuk merawat mental yang lelah. Tunjukkan bahwa kita tetap bertanggung jawab, tetap sadar akan batasan, dan tidak berniat 'lepas kontrol' saat berada di luar.

Pada akhirnya, pergi ke alam itu bukan bentuk pelarian, tapi usaha untuk pulang dengan versi diri yang lebih utuh. Karena manusia memang butuh ruang untuk merasa bebas, apalagi di tengah dunia yang makin bising dan cepat. Kalau hari ini belum bisa pergi, semoga nanti ada waktu dan kepercayaan yang tumbuh, untuk membiarkan kita berjalan sebentar ke alam tempat di mana kita bisa diam, mendengar, dan mengisi ulang hati yang mulai lelah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun