Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Berdoa bersama Chairil Anwar

1 Agustus 2022   20:32 Diperbarui: 2 Agustus 2022   00:15 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Chairil Anwar karya Gusti Solichin dalam Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional #2 ”Lini Transisi” di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (29/8/2019). (Sumber: KOMPAS/AGUS SUSANTO)

"Mengembara di negeri asing" menghadirkan sensasi kegelisahan yang kuat. Mengembara di negeri asing bisa berupa keterasingan, bertemu dengan orang-orang yang tidak mengenal kita, kesulitan dalam berkomunikasi dan seterusnya.

Kita juga bisa menyelami kesakitan lewat frase

Aku hilang bentuk 

remuk.

Pertama kali membaca puisi ini saya langsung membayangkan, mungkin seperti ini penderitaan orang yang dibelit anaconda raksasa. Remuk sampai tak berbentuk.

Tapi di atas itu semua, dan ini bagian yang terpenting, penulis tetap berkeyakinan Tuhan itu adalah entitas yang holistik. Dan hanya kepada-Nya sajalah kita harus menaruh harapan. Pesan ini ditulis dengan baik pada kata-kata pamungkas puisinya.

Di pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling.

Saya merasakan, selain diksi, kekuatan dari puisi-puisi Chairil Anwar adalah metafora yang hidup dan menghadirkan kesan mendalam bagi pembaca. Seperti baris penutup puisi ini contohnya. 

Alih-alih menggunakan kata-kata seperti menengadahkan tangan atau meminta (seperti lazimnya orang berdoa) Chairil Anwar justru menggunakan kata pintu dan mengetuk.

Artinya, dalam kepasrahan sekalipun kita tetap harus tetap berikhtiar, berupaya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau mencari pemecahan masalah-masalah hidup yang sedang dihadapi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun