Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sandal Jepit Emak

20 Juni 2022   20:21 Diperbarui: 20 Juni 2022   20:39 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari banyumas.tribunnews.com

Menurut bapak, sandal jepit emak berwarna merah saat pertama dibeli. Sandal itu dibeli tidak lama setelah kelahiranku.

Perkenalkan, namaku Doni. Aku duduk di kelas 8, jadi bisa dikatakan usia sandal jepit itu sekarang sudah 14 tahunan. Memang emak hanya memakai sandal itu untuk tujuan jarak dekat, seperti main ke rumah tetangga atau ke pasar dekat rumah. Sandal itu juga dicuci hampir setiap hari, jadi memang cukup awet terpelihara. Hanya saja warnanya saat ini sudah jadi jingga kekuningan. Warna aslinya sudah tidak nampak lagi.

Pagi ini emak mengomel panjang lebar. Sebelah kiri sandal jepitnya hilang, tidak tahu bagaimana sampai hilang. Sudah dicari ke mana-mana tapi belum ketemu.

Kami seisi rumah, bapak, aku, kak Dimas dan Dhea, adikku, sudah bergerilya ke seluruh sudut-sudut rumah, tapi tidak ketemu juga. Kami mencari ke halaman, ke jalan kecil di depan rumah bahkan sampai bertanya ke tetangga untuk mencari sandal jepit itu. Tapi hasilnya nihil.

Hilangnya sandal jepit kesayangan emak itu ternyata punya dampak besar. Emak mendadak jadi bad mood. Kulkas sudah kosong melompong, jadi mestinya hari ini emak pergi ke pasar untuk berbelaja. Tapi tanpa sandal itu, emak kehilangan mood untuk pergi ke pasar dan berbelanja seperti biasanya.

Akhirnya sebelum berangkat ke kampus, Kak Dimas yang kebagian tugas berbelanja sayur mayur, ikan dan daging ayam. Tapi tetap saja untuk membuat semuanya jadi masakan yang lezat ala emak kan butuh mood juga. Walhasil, masakan emak terasa berbeda, tidak selezat biasanya.

Peristiwa sandal jepit hilang sudah berlangsung 3 hari dan yang kami takutkan pun terjadi. Selama itu pula mood emak tidak balik-balik.

Kami mencari lebih intens lagi. Ke kompleks tetangga, bertanya ke Pak Pur, tukang sampah yang biasanya keliling mengangkut sampah dari rumah ke rumah tapi tetap tidak membuahkan hasil.

Mengetahui kabar itu, emak bukannya move on dan membeli sandal jepit baru, malah tambah sedih. Sepertinya kalau bapak menghilangkan salah satu koleksi tupperware-nya emak tidak akan sesedih ini. Kami pun sudah menawarkan untuk membelikan sandal jepit baru yang mirip-mirip, tapi emak tetap bergeming.

Mau tidak mau bapak akhirnya mengambil alih pekerjaan rumah tangga. Bapak bangun lebih pagi dari biasanya untuk membuat sarapan dan makan siang sebelum berangkat ke kantor, memastikan keperluan Dhea yang masih kelas 2 beres sebelum berangkat ke sekolah. Bapak juga berusaha pulang kantor lebih cepat agar masih bisa membuat makan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun