Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiga Pelajaran dari Kasus Video Viral Edy Mulyadi

25 Januari 2022   20:09 Diperbarui: 25 Januari 2022   20:12 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari regional.kompas.com/Devina Halim

Pernyataan Edy Mulyadi yang menentang rencana pemindahan IKN sampai menyebut frase Tempat Jin Buang Anak akhirnya berbuntut panjang. Memang yang bersangkutan sudah mengungkapkan permohonan maaf. Tapi pihak kepolisian tetap melakukan proses laporan masyarakat terkait pernyataan Edy Mulyadi tersebut.

Masyarakat dan tokoh-tokoh Kalimantan pun tidak tinggal diam. Muncul kabar kalau sejumlah tokoh di sana ingin agar Edy Mulyadi juga diberi sanksi adat atas pernyataan tersebut. Wah, pokoknya ngeri-ngeri sedap mendengarnya.

Mungkin saja Edy Mulyadi tidak pernah berpikir kalau video tersebut akan berdampak seperti ini. Tapi ya mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi rengginang, tidak bisa balik menjadi nasi lagi.

Nah, sambil menyimak kelanjutan nasib Edy Mulyadi, tidak ada salahnya kita berefleksi dan memetik pelajaran dari kasus video viral tersebut. Menurut saya, paling tidak ada 3 hal yang bisa kita jadikan pelajaran bersama.

Menjaga Lisan 

Ungkapan Mulutmu Harimaumu mengingatkan kita semua agar benar-benar menjaga lisan di depan orang lain. Kata-kata bisa bisa jadi pedang yang menusuk hati orang lain, entah kita sadari atau tidak.

Berbeda dengan tulisan yang masih bisa kita permak sana-sini dulu sebelum benar-benar ditayangkan di depan khalayak, ucapan, begitu keluar dari mulut kita tidak bisa ditarik kembali. Koreksi paling cepat hanya bisa dilakukan sesaat setelah terucap, itu pun dengan catatan kita langsung tahu yang kita ucapkan barusan salah.

Oleh karena itu, proses sunting mestinya dilakukan sebelum kata-kata itu diucapkan. Filter dahulu kata-kata di dalam pikiran sebelum keluar sebagai lisan. Pilihlah kata-kata yang baik dan kondusif. Memang, butuh latihan terutama bagi mereka yang sudah terbiasa ngomong blak-blakan, apa yang terpikir, spontan itu yang terucap.

Hargai Perbedaan

Bagi sebagian orang, istilah Tempat Jin Buang Anak bisa langsung dipahami artinya. Tapi tidak demikian bagi sebagian orang lain. Begitu juga dengan istilah-istilah lainnya. Penyebabnya karena kita adalah masyarakat yang begitu beraneka ragam, baik suku, budaya, geografi, adat istiadat dan sebagainya. Jadi melontarkan istilah yang belum diterima secara umum di depan masyarakat, apalagi mengandung frase yang sensitif, memang berpotensi membuat salah paham pendengarnya.

Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak mengeluarkan ucapan yang berpotensi menimbulkan persepsi yang salah di antara pendengarnya. Apalagi saat berbicara di depan umum baik secara langsung maupun melalui media. Ini adalah salah satu cara menghargai perbedaan.

Mirip dengan ngobrol menggunakan bahasa daerah dengan teman sedaerah, padahal kita sedang berada di antara teman-teman lain yang tidak paham bahasa tersebut. Kita mungkin tidak bermaksud mengucilkan teman yang lain, tapi kelakuan kita ini bisa saja menimbulkan kesan seperti itu.

Bijaksana Merekam dan Mengunggah Konten 

Sebenarnya ribut-ribut Tempat Jin Buang Anak ini tidak akan terjadi kalau saja video koar-koar Edy Mulyadi itu tidak menjadi viral. Mungkin kalau pembicaraan itu hanya terjadi pada lingkup komunitas kecil saja, tanpa ada yang membocorkan ke luar, tidak akan terjadi kekisruhan ini.

Sudah banyak contoh polemik yang terjadi dan rawan dipelintir oleh berbagai pihak hanya karena ketidakmampuan kita menahan diri. Menahan diri dari mengunggah konten atau menahan diri dari menyebarkan konten yang berpotensi menimbulkan konflik.

Dalam hal ini kita mesti paham, begitu sebuah peristiwa direkam dalam media digital, di situ muncul risiko peristiwa tersebut akan tersebar luas.

Peristiwa pribadi saja seperti adegan intim selebritis bisa bocor ke ruang publik, apalagi video yang bisa menyinggung perasaan sebagian masyarakat. Lebih-lebih kalau video tersebut memang sengaja diunggah ke khalayak.

Tanpa disengaja pun risiko untuk viral tetap bisa terjadi. Kita pasti masih ingat dengan video penendang sesajen yang juga viral belum lama ini

Kabarnya video tersebut awalnya hanya diunggah ke grup kajian ibu-ibu. Tapi ya, sekali lagi, tidak ada yang bisa menjamin konten yang sudah dibagikan di dunia maya tetap diam pada tempatnya. Jadi pemegang peranan penting adalah man behind the gun. Kita-lah yang mestinya lebih bijaksana dalam mengunggah dan menyebarkan sebuah konten.

Demikian 3 pembelajaran yang bisa kita petik dari kasus ini. Selektif terhadap kata-kata yang akan diucapkan, memupuk tenggang rasa dengan orang yang berbeda serta lebih bijaksana saat mengunggah atau membagikan konten kepada orang lain. Semoga bermanfaat.  (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun