Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Nasib HRS dari Kicauan Mahfud MD

14 Desember 2020   15:40 Diperbarui: 15 Desember 2020   03:46 1921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkopolhukam, Prof Mahfud MD. Gambar dari nasional.kompas.com

Banyak keuntungan menjadi follower akun-akun pejabat, apalagi yang punya peran penting dalam penyelenggaraan negara. Salah satu keuntungannya adalah dapat mengetahui pemikiran-pemikirannya menyikapi isu-isu aktual yang terkait dengan dirinya, lewat lini masa.

Saya sudah beberapa bulan ini jadi follower twitter Prof. Mahfud MD, Menko Polhukam pada kabinet Indonesia Maju. Dulu ketemu akun twitter Pak Mahfud di lini masa teman yang sudah lebih dulu menjadi pengikutnya. Saya langsung menekan tombol follow tanpa pikir panjang lagi. Tidak di-follow back juga tidak apa-apa.

Dari kicauan-kicauan beliau beberapa hari terakhir ini, saya jadi mengetahui cerita lain terkait kasus HRS (Habib Rizieq Shihab) yang kini sedang jadi perhatian banyak orang.

Jujur, sebenarnya saya kurang memantau secara rinci rentetan sepak terjang HRS setelah pulang ke tanah air. Saya hanya tahu secara garis besar, itu pun dari hasil membaca status media sosial kawan-kawan warganet, atau membaca judul berita yang melintas di lini masa. Jadi jika ada ulasan teman-teman di Kompasiana, saya selalu menyempatkan diri membaca untuk menambah wawasan.

Tapi satu fakta sudah jelas bagi saya: pemerintah memberi perhatian khusus pada sosok fenomenal HRS, walaupun pemerintah kadang membuat kesan cuek bebek. 

Lepas dari pro dan kontra tentang sosoknya, tidak bisa dipungkiri HRS punya banyak pengikut dan simpatisan, baik secara terang-terangan maupun diam-diam. 

Jadi sekalipun kerap bikin gaduh dan mengambil posisi frontal terhadap pemerintah, penanganannya tidak boleh gegabah. Salah penanganan dampaknya bisa melebar kemana-mana.

Hal ini diamini Prof Mahfud MD melalui salah satu kicauannya dua hari yang lalu. Kicauannya seperti ini:

Penjelasan: Sebenarnya, mlm sblm MRS mendarat, tgl 9/11/2020 jam 19 sy mengundang Tim Hukum MRS (Sugito dan Ari), sy ngajak diatur silaturrahim di tempat netral utk berdialog dgn MRS utk menjaga negara dan umat ber-sama2 demi kebaikan rakyat dan umat,

sambil melampirkan kicauan salah satu portal berita.

Oh ya, saya perhatikan Prof Mahfud MD memang selalu menggunakan singkatan MRS alih-alih HRS untuk menyebut sosok Rizieq Shihab.

Jadi jika merujuk kepada kicauan tersebut, terlihat sebenarnya sejak awal pemerintah pun sudah membuka ruang silaturahmi kepada pihak HRS. Dan ini saya pikir langkah yang baik untuk menjaga suasana kondusif. Pendekatan non formal dalam mengurai masalah-masalah pelik kadang lebih efektif daripada pendekatan yang formal dan kaku.

Lah, kalau memang mau ada wacana silaturahmi kenapa ujung-ujungnya jadi begini?

Sabar dulu. Kicauan Prof Mahfud MD di atas masih ada sambungannya, seperti ini:

Tp apa jawabnya? Hr pertama dia berpidato lantang, "Mau rekonsiliasi dgn syarat pemerintah membebaskan terpidana teroris, melepas tersangka tindak pidana dgn nama2 ttt. Loh, blm silaturrahim sdh minta syarat tinggi. Maka sy tegaskan, Pemerintah tak berencana rekonsiliasi dgn MRS.

tangkap layar lini masa twitter Prof Mahfud MD
tangkap layar lini masa twitter Prof Mahfud MD

Nah, dua kicauan yang muncul tersebut bisa memberi kita insight bagaimana kira-kira dinamika di balik layar dari rentetan peristiwa dimulai dari tibanya HRS di tanah air bulan lalu sampai kemarin dulu, HRS menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya.

Tentu saja kicauan-kicauan ini sudah pasti diolah sedemikian rupa dahulu sebelum ditayangkan. Fakta-fakta harus disajikan dengan redaksi yang tepat untuk membangun persepsi masyarakat yang positif terhadap suasana berbangsa dan bernegara.

Tetapi paling tidak kita ketahui bersama bahwa pemerintah pun sebelum mengambil tindakan-tindakan tegas dan represif juga sudah mendahului komunikasi dengan pendekatan yang lebih kekeluargaan.

Yang menarik saat ini adalah setelah penyerahan diri HRS diri kepada aparat, apa sepak terjangnya sudah akan memasuki fase anti-klimaks, atau masih akan ada cerita panjang yang lain di belakang sana? Perlawanan dari kubu HRS pun bisa saja masih akan berlanjut, tapi mereka menggunakan strategi tarik dorong ala jurus Wushu. Saat ini harus slowdown karena pemerintah sedang main keras, lalu nanti balik menyerang pada momentum yang tepat.

Mungkin kicauan terbaru (saat tulisan ini dibuat) Prof. Mahfud MD bisa memberi sedikit clue bagi kita:

2 jenderal polisi kita gelandang ke pengadilan, jaksa kita cokok, Jokcan kita tangkap, Maria Pauline kita ambil. 4 koruptor Jiwasraya dijatuhi hukuman seumur hidup. Kalau mau cari2 ya ada saja yg belum tertangkap. Tp intinya, pemerintah akan runtuh kalau berlaku tak adil, siapa pun.

tangkap layar lini masa twitter Prof. Mahfud MD
tangkap layar lini masa twitter Prof. Mahfud MD

Ya, memang sudah seharusnya seperti itu. Pemerintah harus mengambil tindakan hukum yang tegas tanpa tebang pilih siapapun pelanggarnya, baik yang berada di lingkaran dan pro pemerintah maupun yang berada di luar dan berdiri di garis oposisi terhadap pemerintah.

Walaupun banyak yang tidak senang dengan segala kegaduhan yang ditimbulkan sejak sampai di tanah air, kita mesti memberi apresiasi terhadap HRS yang sudah menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Selanjutnya bola ada di tangan pemerintah.

Mari tunggu kelanjutan kisahnya (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun