Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Rem Darurat

10 September 2020   20:36 Diperbarui: 10 September 2020   20:42 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari freepik.com

Korban berjatuhan seperti cairan dalam botol infus
pelan menetes tapi pasti
dari dua pada Maret jadi dua ratus ribu pada September
tapi mau bagaimana lagi?
Mulut dan hidung kita sudah terbuka tak terkunci
padahal masker sudah murah bahkan gratis.

Okupansi tempat tidur pasien Covid-19 semakin tinggi
kita makin dekat dengan tragedi
tapi mau bagaimana lagi?
Physical distancing tinggal jadi dongeng di siang hari
social distancing bikin berat hati
sering-sering cuci tangan pakai desinfektan apalagi.

Kurva semakin kritis seiring napas yang diiris tipis-tipis
mau bagaimana lagi?
masyarakat sudah akur dengan virus ini
orang tanpa gejala gentayangan di pinggir jalan dan meja makan
di forum-forum, seminar-seminar, demo masak sampai demo jalanan.

Kita semua penat, lelah, geram
ingin pandemi cepat usai
tapi kita juga apatis, cuek, abai.

Akhirnya saat penumpang terguncang-guncang
rem darurat pun ditarik kencang-kencang
mari berharap rem kendaraan kita tidak blong.


---


kota daeng, 10 September 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun