Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tabur-Tuai

25 Mei 2021   08:28 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:41 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau tabur di mana?

Lahan subur membentang sejauh mata memandang

Berpagar bukit bermata air jernih mengalir tiada henti

Menumbuhkan berjenis makhluk menggoda hasrat jiwa ingin memiliki

Bertutur dalam adanya tanpa kata terlontar

Berharap apa?

Dalam senandung angin sepoi pada lereng bukit yang sunyi

Impian menabur benih bergelora pada relung jiwa

Berharap kelak menuai panen berlipat-ganda

Hidup makmur dalam limpahan harta dunia dan akhirat

Benih ada di mana?

Benih-benih tersimpan dalam diri jiwa tak terselami indra

Mencari, menemukan, merenung, yang jauh tersembunyi pada sukma

Merasakan getaran halus nan jauh di sana

Melangkah pergi ke luar untuk menabur pada hamparan subur bermata air jernih

Rumah

Lahan persemaian pertama dan utama

Selalu ada pilihan ...atau...atau

Tabur cinta, kasih sayang, pengampunan,

atau,

Tabur amarah, kebencian, dendam, iri hati

Pada lahan luas,

benih-benih akan tumbuh memperlihatkan wajahnya masing-masing

yang ditabur dalam rumah akan tumbuh di lahan luas

semua mata akan tertuju padanya,

melihat dan menilai

'benih apakah yang sedang tumbuh itu?'

Pada lahan luas,

tampaklah jelas benih-benih bertumbuh menjadi kecambah dan pohon-pohon

sorot mata memandang pada buah-buahnya

buahnya baik atau buruk?

sejuta insan akan mengalaminya dan menilainya

lalu, mengutuk atau memujinya?

Dari lahan luas, kembalilah pulang ke rumah

Taburlah benih syukur

Pagari dengan berkat-berkat

Tumbuhkan benih pengampunan

Rawatlah pohon-pohon perdamaian

Petiklah buah-buah hidup makmur, damai-sejahtera

Pikirkan!

Bila rumah tersusun oleh benih-benih amarah, dendam dan iri hati,

apa yang akan tumbuh di lahan luas dunia ini?

Setiap mata hanya akan memandang penderitaan dan mendengarkan syair ratap tangis tak berkesudahan

Bahkan dunia akan tampak gelap meskipun matahari sedang memancarkan sinarnya

Benih tersusun di dalam sukma

ditabur mulai dari dalam rumah diri sendiri

bertumbuh pada lahan luas dunia ini

dan, lihatlah apa yang ditabur, itu juga yang dituai

setiap orang, akan menuai benih yang ditaburnya sendiri di lahan luas ini

Taburlah benih-benih baik, yang bermula pada pikiran positif pada diri sendiri dan sesama

Rawatlah pertumbuhannya dengan cinta, kasih sayang dan pengampunan

Tuailah buah-buahnya, kasih, damai sukacita, kegembiraan,

Hidup berkelimpahan, makmur, damai-sejahtera, umur panjang

Itulah ungkapan syukur yang sesungguhnya atas anugerah hidup  sang Ilahi

Nabire, 25 Mei 2021; 09.00 WIT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun