Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman dengan Pawang Hujan

27 November 2018   14:27 Diperbarui: 27 November 2018   14:35 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis, sering sekali mendengar soal pawang hujan. Pawang hujan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk membendung turunnya hujan di sebuah wilayah atau tempat, atau mengalihkan hujan dari suatu tempat ke tempat lain.

Pawang hujan biasanya digunakan oleh orang yang punya hajat atau oleh penyelenggara sebuah even yang menggunakan tempat di alam terbuka, agar ketika acara berlangsung, tidak diganggu hujan yang bisa mempengaruhi  jumlah pengunjung. Jasanya digunakan, tentu bila acaranya digelar di musim penghujan.

Terkait pawang hujan ini, penulis awalnya tidak terlalu percaya. Ya, penulis berfikir, hujan tidak turun di sebuah acara seperti hajatan, karena sudah kehendak Yang Di Atas saja, bukan karena jasa pawang hujan.

Namun setelah kakak penulis menggelar acara hajatan menikahkan putrinya, Senin (26/11) kemarin --dan membuat penulis tak sempat menulis di Kompasiana, penulis percaya bahwa pawang hujan itu, betul, bisa membendung atau mengalihkan hujan.

Ya, kakak penulis, karena saat ini sedang musim hujan, sengaja meminta bantuan kerabat yang dikenal memiliki kemampuan membendung hujan, agar di hari H, hujan tidak turun. Keluarga penulis khawatir, saudara dari jauh, kolega, kerabat dekat dan undangan lainnya tidak hadir pada hari perkawinan, karena  hujan.

Pawang hujan yang cukup dekat dengan penulis itu menyanggupinya. Maka, sehari setelah dimintai bantuan, sang pawang hujan meminta kami menyiapkan sesajen yang kemudian disimpan di sebuah tempat aman di ruang dapur.

"Insya Allah, hujan tidak turun sejak Jumat hingga Senin nanti," begitu katanya, usai menyimpan sesajen yang di antaranya berupa beras, gula merah, kain putih, jarum, benang tersebut.

Sebelumnya, maksudnya sebelum kami meminta bantuannya, hujan nyaris tak pernah berhenti membasahi bumi. Kadang, hujan itu disertai petir pula.

Dan ajaib, sejak Jumat, daerah tempat tinggal penulis tak ada hujan, kecuali gerimis sebentar.  Namun di desa tetangga apalagi daerah sekitar Bandung Timur, hujan terus mengguyur dan mengakibatkan banjir.

Namun di hari H, Senin kemarin, ada kejadian yang mendebarkan.  

Selepas Duhur, ketika tamu kondangan sedang banyak-banyaknya, alam tiba-tiba gelap. Mendung. Hujan sepertinya akan turun. Penulis dan keluarga panik bukan kepalang. Kayaknya, pawang hujan tak mampu bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun