Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahasiswa Selember Kertas Bertuliskan

6 Desember 2022   16:32 Diperbarui: 6 Desember 2022   16:32 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mahasiswa Selembar Kertas Bertuliskan

Cerpen Yudha Adi Putra

                "Kemana ya Bram, katanya setelah selesai bimbingan, akan mampir di angkringan ini, lalu merencanakan pemasangan slot bersama-sama?" tanya Timeo sambil menghisap rokoknya.

                "Tunggu saja, mungkin sedikit terlambat, biasanya dia banyak beradu argumen dengan dosennya. Lalu, dia keliling kampus dulu mengecek informasi, suka pamer juga hasil uangnya. Itu sedikit membutuhkan waktu," Boni menjawab.

                "Mungkin saja, semoga benar begitu."

                "Apa kalian masih ingat, berapa kali Bram berhasil memenangkan permainan itu? Sudah dapat berapa juta ya dia dari bermain slot ?"

                "Aku kira, ya sekitar 8 kalilah bermain dan itu kebanyakan menang. Bram selalu membuat analisis dan prediksi yang tepat kalau bermain slot, tidak hanya sekedar bermain. Ada ilmunya."

                "Benar sekali, dan uangnya selalu habis untuk apa saja. Entah foya-foya atau menolong membayarkan teman yang kesulitan uang kuliah. Mungkin, itu membuat dia jadi punya banyak kenalan. Sebentar lagi, kita juga akan dapat bagian dari kemenangan Bram bermain tadi malam. Tidak hanya bagian saja, ada ilmu yang akan dibagikan katanya. Eh, aku sudah lapar sekali. Gorengan angkringan ini selalu menggugah selera makanku. Kalau kita pesan biar Bram yang bayar bagaimana?"

                "Boleh, ayo kita pesan saja. Lagi pula, penjual angkringan ini juga pernah dibantu oleh Bram. Gerobaknya baru dulu dibelikan oleh Bram ketika liburan semester. Pasti penjual angkringan juga percaya, kalau nanti Bram yang akan bayar," Boni menjawab.

                Timeo lalu mendekati penjual angkringan yang sedang sibuk membakar goregan, "Mas, pesan makan untuk tiga orang, gorengan, sate, dan minumnya es kopi ya. Jangan lupa rokoknya sekalian ya,"

                Penjual angkringan hanya mengangguk. "Tunggu ya, kalian temannya Bram, kan. Aku juga kenal. Bram itu baik, nanti kalau aku tidak menuruti permintaan kalian. Bisa saja aku dikira pilih-pilih. Bram kemana ini, kok tidak bersama dengan kalian? Akhir bulan ya ?"

                Kemudian, semua pesanan bisa tersedia di tempat lesehan mereka duduk. Mereka memilih duduk di pojokan angkringan, tepat selasar sebuah kios yang kalau dari jalan tidak kelihatan. Makanan hangat telah tersedia. Kudapan untuk menemani bercakap-cakap soal slot sudah siap. Timeo mempersiapkan teman itu senyaman mungkin sambil menanti Bram. Sebelum menyalakan rokoknya, penjual angkringan mendekati mereka duduk, "Apa yang mau kalian bicarakan? Kartu remi ada di dekat gerobak. Membicarakan uang dengan permainan kartu pasti lebih menyenangkan. Ayo diambil dulu,"

                Namun, mereka tidak segera mengambilnya. Asyik menikmati makan terlebih dahulu, tentu mereka kelaparan setelah melewati siang tanpa makan.

                "Tidak usah, Mas. Kami makan terlebih dahulu saja, kebetulan sambil menunggu Bram datang. Kalau asyik main kartu, nanti malah tidak jadi makan. Nanti saja ya, Mas. Malam Minggu ini, jadi waktunya panjang dan menyenangkan. Kami ingin makan sampai puas dulu ini, akhir bulan akan menjadi kesenangan."

                Mereka berdua makan dengan lahap. Seperti belum makan berhari-hari. Keduanya mulai membicarakan soal slot yang sudah direncanakan. Asap rokok dan ungkapan-ungkapan kasar dilontarkan oleh mereka berdua. Permainan kartu juga akan segera mereka mulai.

                Setelah mereka kenyang dan sebatang rokok habis di bibir Timeo, dari arah selatan mulai kelihatan Bram dengan tas kecil dan selembar kertas bertulisan. Bram berjalan menuju angkringan, tampak rauh wajah senang dari Bram.

                Boni berseru. "Itu, bos Bram sudah datang. Dia pasti sudah selesai dengan urusannya di kampus. Bram sudah bawa kertas putih, kita akan mulai memprediksi slot."

                Bram mengambil rokok disakunya, semakin cepat dia berjalan dan mendekati tempat mereka duduk. Kertas putih itu diacung-acungkan. Di angkringan, Bram, Timeo, dan Boni mulai bercakap-cakap. Obrolan mereka beragam, ada yang membahas cewek tercantik di kampus, juga beberapa hal terkait target slot bulan ini.

                "Apa kita hanya membahas slot ini saja ? Cepat atau tidak uang kita peroleh, jumlahnya juga boleh ditambah supaya dapat lebih baik lagi. Jadi, besok bisa ke tempat itu," Bram bertanya pada kedua temannya.

                "Sudah begini saja, kita main slot dan membantu orang-orang. Lalu, sesekali kita minum. Lagian, skripsi sudah dekat. Kita harus mulai rajin membaca bukan. Memangnya apa yang mau direncanakan?" Timeo mulai balik bertanya.

                "Ya, kita akan mencari joki skripsi. Supaya lebih mudah. Itu juga berbagi dengan orang lain. Bagi hasil dong."

                "Joki skripsi? Buat apa? Ini sudah cukup. Aku merasa damai bisa mengerjakan skripsi sendiri besok," jawab Boni sambil meletakkan rokoknya di asbak.

                "Joki yang mempermudah tugas. Jadi, tinggal bayar saja dan kirim nama. Selesai. Mengapa dipersulit, kita punya uang." Jawab Bram seraya tertawa.

                "Boleh juga sebenarnya. Aku mengerti itu. Tapi, dimana bisa dapat joki skripsi ? Kapan kita bisa bertemu. Pengumpulan juga tinggal seminggu lagi," Timeo bertanya.

                "Besok kita ketemu lagi, kita akan ke belakang kampus dan salah satu tempat yang menarik di kota ini. Kalian mau ikut tidak, bukan soal slot saja. Ini soal skripsi, soal kelulusan kita. Kalian mau jadi mahasiswa abadi ?" Bram mulai mengajak.

                "Ikut. Kami juga sebenarnya tidak kuat untuk mengerjakan dalam waktu singkat."

                Mereka kembali menertawakan kebersamaan di angkringan itu. Main kartu dan merokok sampai pagi menjadi kegiatan rutin mereka. Pemilik angkringan hanya menggelengkan kepala. Sedikit heran dengan tingkah mahasiswa yang katanya adalah generasi penerus bangsa.

***

                Saat pagi mulai tiba, setelah mereka berjanjian untuk menjoki tugas skripsi, Timeo dan Boni segera kembali ke kampus. Namun, Bram masih berada di tempat itu mendiskusikan soal investasi slot dengan penjoki skripsi. Besar harapan Bram, supaya skripsinya bisa selesai dengan pemberian slot. Slot menjadi andalan Bram dalam menyelesaikan masalah, termasuk skripsi.

***

                Siang hari, Bram hanya melamun di kampus karena semua catatannya hilang, yang dapat berarti, tidak ada lagi ilmu judi slot yang sudah dikembangkannya. Ia mulai emosian dan marah-marah, termasuk pada penjoki tugas skripsinya.

                Lalu dengan lemas, menuju ke perpustakaan. Mulai membaca buku demi buku dan ketika melihat kertas, Bram langsung mengecek. Bukan karena ingin memaca, tapi mencari catatan judi slotnya. Harapannya besar, untuk dapat menemukan kembali catatan judi slotnya. Dengan rasa kesal, setiap halaman buku dibukanya. Tapi, semua tidak ada hasilnya.

                Meski sudah putus asa, satu lembar kertas putih mulai dicoretnya. Dia membawa kertas itu. Dalam pikirannya, lalu berkecamuk berbagai persoalan yang dialami. Ada perasaan bersalah, ketakutan, dan penyesalan karena kehilangan kertas catatannya. Mengapa ia hanya menggantungkan hidup pada selembar kertas dengan catatan judi slot, setiap menang malah menjadikan kertas itu sebagai jimat yang dianggap mujur. Kenapa ?

                Bram tidak menemui dosen pembimbingnya untuk bimbingan karena merasa malu. Ketika di kampus, Bram terus mencari kertas putih. Saat menemukan kertas putih, Bram meraih dan mencoret-coretnya. Berharap sama dengan catatan judinya.

                Satu bulan kemudian, di depan angkringan dimana biasa Bram makan bersama teman-temannya, penjual angkringan menatap Bram yang mulai depresi, juga rambut yang acak-acakan. Selain itu, di tangan Bram juga terdapat kertas putih. Tapi, bukan berisi catatan judi. Melainkan, berisi surat peringatan dari kampus karena Bram terlibat judi online.

                                                                                                                                Kota Pelajar, 06 Desember 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun