Gorontalo, 1 Syawal, 1446
Untuk Ramadan yang tercinta
Sebulan kita bersama. Aku rela menahan lapar, manahan dahaga, menahan keinginan yang sudah dihalalkan oleh ijab kabul dengan isteriku. Susah payah memang, tapi aku bahagia.
Sebulan kita bersama. Adakan bulan-bulan lainnya, sebelas bulan lainnya, sebelas bulan teman-temanmu, yang selevel denganmu? Â Tak ada. Kau diistimewakan Tuhan untuk membersamaiku, mendidik aku bagaimana mengendalikan diri, mengendalikan keinginan-keinginan hedon. Mendidik bagaimana menahan diri dari keinginan-keinginan yang nikmat demi pencapaian yang tinggi. Bagaimana bisa menggapai posisi dekat dengan Tuhan. Bukankah Tuhan tidak makan? Â Bukankah Tuhan tidak minum? Tuhan tidak melakukan kegiatan-kegiatan hedonis? Kita mendekati Tuhan dengan mengendalikan keinginan-keinginan itu.
Kau dikirimkan Tuhan kami untuk menjadi rahmat dan berkah. Tuhan menjanjikan balasan berlipatganda untuk setiap kebaikan yang kami lakukan saat bersamamu. Tuhan menjanjikan ampunan dosa-dosa saat memohon ampunan-Nya. Tuhan maha kasih dengan mengutusmu menemani kami beribadah taat kepadanya.
Sebuka kita bersama. Kini kau pergi. Â Kau pasti akan datang lagi tahun depan. Tapi tidak kepastian kau akan datang menemuiku lagi. Tao ada kepastian akan membersamaiku lagi. Itulah kesedihan yang teramat besar.
Kuucapkan terima kasih atas segala didikannmu. Atas segala kebersamaan ini. Maafkan bila aku tak bisa sempurna dalam menjalani kebersamaan ini. Terima kasih.
Aku yang merinduimu
Adriansyah Katili
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI