Pernahkah kamu merasa hidup ini terlalu berat? Seperti bangun setiap pagi hanya untuk menghadapi gelombang baru masalah yang tak ada habisnya. Tubuh terasa lelah, pikiran penuh kabut, dan hati bertanya: "Untuk apa semua ini?"
Tapi ada sebuah kebenaran sederhana yang pernah diucapkan Nietzsche:
"He who has a why to live can bear almost any how."
Kalau kamu punya alasan untuk hidup, seberat apa pun jalan yang harus ditempuh, kamu masih bisa bertahan.
Mari kita bedah lebih dalam.
Bayangkan seorang tahanan di kamp konsentrasi, kelaparan, kedinginan, dan kehilangan hampir semua yang dicintainya. Itu kisah nyata Viktor Frankl, seorang psikiater Austria yang kemudian menulis buku terkenal Man's Search for Meaning.
Di tengah penderitaan tak terbayangkan, Frankl menemukan satu hal: orang-orang yang tetap hidup lebih lama bukan yang paling kuat secara fisik, tapi yang masih punya "why" --- alasan untuk bertahan.Â
Ada yang ingin bertemu kembali dengan keluarganya. Ada yang masih ingin menyelesaikan sebuah karya. Ada yang sekadar ingin melihat matahari terbit lagi.
Kisah ini bukan hanya tentang kamp konsentrasi. Kita bisa lihat dalam kehidupan sehari-hari:
- Seorang ibu yang rela begadang setiap malam untuk anaknya.
- Seorang mahasiswa yang menempuh perjalanan jauh hanya demi menuntut ilmu.
- Seorang pasien sakit kronis yang tetap bangun tiap pagi karena ingin menemani keluarganya lebih lama.
Mereka semua punya why. Dan "how" yang berat pun jadi bisa dilalui.
