Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Melumat Kebencian Semu Desol

11 September 2015   12:00 Diperbarui: 11 September 2015   12:34 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://elsaelsi.files.wordpress.com/2010/05/tears-of-a-woman1.jpg"][/caption]

Tak kupunya sisa waktu menatap luka
Menangisi darah muncrat dari pembuluh terputus
Atau membelainya hanya demi penghiburan semu

Bagiku luka tak perlukan waktu sisa
Karena pada tubuhnya ada kepenuhan nikmat tak terperi tentang keindahanmu, Desol...

Di situ....
Kubiarkan kelelakian bangsatku terpasung ketololoan. Terpenjara kebodohan.
Diperbudaknya aku pada sequen-mu di setiap senja yang kurang ajar pada matahari dan malam.
Direndahkannya kelelakianku pada tapak berbau amis.
Aku tak pernah perduli, Desol !

Kemanapun belatimu ber-ayun
Kelopak mataku tak pernah turun layar, walau hanya siluetmu yang tersaji.

Kau tahu artinya, Desol ?

Aku sedang menikmati pori-porimu membuka dari cahaya temaram. Memasukimu tanpa kau sadari.

Sebegitu tajam mata batinku, sebegitu dalam pula ia menghujam kebodohanku. Tapi, disitulah sebenarnya mahligai rasa ku bertahta
Kubungkus selimut pelangi
Kubawa bersama awan biru
Untuk mengobati semua lukamu
Kemudian meletakkan belatimu
Tepat di dadaku.

Desol, lakukanlah..
Sekarang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun