Belum selesai kata-kata berbau anyir ditebarkan pada hamparan kami. Tentang pengaburan lensa kebaikan dan ketulusan. Tentang  kebenaran diseret paksa ke persimpangan. Dan sebagian kebodohan memamah biak dengan nafas terburu-buru.
Kami tahu. Masih berlangsung pesta-pesta. Perpeluh gelora para pecundang. Â Menaburkan racun di tanah bertanam komoditi masa depan.Â
Kami tahu. Banyak gerak tubuh suci. Penuh kepalsuan. Air liur yang tak pernah mengering. Mata nanar tak kenal redup. Dansa-dansi kata. Kaki-kaki penginjak bulir makna.
Tapi biarlah. Bukan kami pemilik kebenaran sejati.
Saat ini kami masih punya ruang. Walau sempit. Cukuplah untuk menyusun kata-kata. Â Sebagian titipan para leluhur. Tersimpan pada setiap tarikan nafas tersisa. Mungkin tak sesempurna kacamata dunia. Tapi nyaman. Â Di alam kehangatan ruang pelangi. Milik bersama.
Mungkin kemarin sempat kau lihat, bangunan warna-warni kata-kata kami. Tersusun rapi. Sudah berdiri sebagian. Sementara yang lain sudah terkumpul di nampan.
Tak usah risau ketika bencana ini menunda kerja.
Kami memang belum selesai. Dan sesuai janji kepada jaman, pasti akan selesai.
---Â
peb 01/10/2018