Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Tidur Kata di Kematian Peradaban

12 April 2017   09:17 Diperbarui: 14 April 2017   02:00 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://rezaantonius.files.wordpress.com

Aku terbangun mendadak dari tidur panjang. Kudapati banyak huruf berserakan di pembaringan. Sebagian terhimpit tubuhku. Ada yang tertutup selimut saat kusibak. Beberapa tampaknya tergeletak di lantai. Kutepikan huruf-huruf itu agar aku bebas meletakkan tubuh. Aku ingin lanjutkan tidur.

Kembali mataku terpejam. Tapi tak lama berselang terdengar suara-suara asing. Berisik. Serba tak jelas seperti suara denging serangga.

Kubuka mata. Tampak huruf-huruf itu terkejut dan berlompatan, kemudian terdiam sejenak. Padangannya tertuju ke arahku.

"Mau apa kalian?Jangan ganggu tidurku, pergilah dari sini!" Kubentak mereka cukup keras.

Huruf-huruf itu terdiam cukup lama. Hening. Kemudian salah satu dari mereka berkata; "Bermainlah penuh suka cita bersama kami".

"Tidak, aku ingin tidur. Pergilah kalian dari sini".

"Kami butuh bantuanmu agar bisa hidup panjang".

Aku kaget dengan perkataannya. Kutanya "Apa maksud dengan hidup panjang?".

"Kami sebenarnya sedang menuju kematian ketika kau tidur panjang". Kata huruf itu lagi.

Aku jadi tertarik dan ingin tahu lebih jauh, "Aku masih belum mengerti maksud kalian."

"Kami adalah lambang kehidupan dan kematian peradaban. Tanpa bantuan siapa pun kami akan jadi barang mati." Katanya.

"Apa yang bisa kulakukan untuk kalian?" Tanyaku lagi.

"Kami berserah diri. Pakai kami seumur hidupmu untuk apapun yang ada dibenakmu. Pilih dan susun seturut pikiran, rasa dan karsamu agar kami tak mati di tidur panjangmu. Lakukanlah bukan semata untuk kami, tapi demi dirimu."

Aku terdiam, berpikir sejenak. Tiba-tiba aku tersentak. Terlihat tiba-tiba langit-langit kamar membelah dan muncul cahaya terang. Aku segera melompat dari pembaringan kemudian mengumpulkan mereka.

Esoknya kulihat di banyak layar media, huruf-huruf tersusun rapi. Mereka saling bergandengan dan menyapa. Suaranya tidak lagi berisik melainkan penuh irama. Lewat mereka, juga terlihat banyak orang berbicara. Ada yang memuji dan ada pula yang mencela karena huruf-huruf itu telah kujadikan tulisan yang membatalkan tidur panjang orang-orang itu. Aku tersenyum. Kusadari, inilah yang dikatakan peradaban.

------

Peb 12/4/2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun