[caption id="attachment_343582" align="aligncenter" width="680" caption="http://3.bp.blogspot.com/-dxmbGRrTSq8/UejYpUeeA3I/AAAAAAAAAm0/Cn_Rr2v5dEA/s1600/4218308_20130717015421.jpg"][/caption]
Mendengar kata ‘Kritik’ telinga sebagian orang langsung tegak berdiri. Apalagi bila yang terkena kritik tersebut bertipe muka badak, berdarah panas dan bertelinga tipis yang bisa membuatnya seperti badak ngamuk kemudian bikin dunia terbalik! Isi kritik dipahami sebagai celaan, upaya mengorek-ngorek kesalahan dan kekurangan serta mempermalukan dirinya. Konteks Kritik pun bikin alergi karena dianggap bahaya laten yang bisa merugikan, seolah sesuatu yang bersifat negatif.
Banyak tulisan-artikel pada berbagai kanal Kompasiana disadari atau tidak merupakan suatu Kritik. Si Kompasianer awalnya (mungkin) hanya memenuhi hasrat menulis suatu fenomena berdasarkan sesuatu yang dilihat, dirasakan dan dipikirkannya tanpa bermaksud menyinggung pihak lain. Pilihan menulisnya adalah mencari aman saja. Padahal ketika menulis suatu fenomena, yang dia tulis tersebut telah menjadi sebuah kritik. Benarkah demikian ? Apa sih Kritik itu? Mari kita sibak pelan-pelan...ojo ke susu...
Secara umum tulisan kritik terdiri dua macam yakni cara ilmiah dan populer. Adapun strategi yang seringkali digunakan dalam menulis kritik menggunakan teknik retorika yakni dengan metafora, satire, personifikasi dan lain-lain. Kritik sering tampil di Kompasiana merupakan tulisan kritik populer, walau ada juga beberapa yang bersifat ilmiah.
Melihat asal katanya ‘critic’ dari bahasa Yunani ‘kritikos’, ‘krites’ yang berarti memisahkan, menyaring, membedakan. Kritik dapat berupa sebuah ungkapan lisan maupun tulisan. Di dalamnya ada muatan pertimbangan, interpretasi dan pengamatan. Sesuatu masalah atau isu kemudian dianalisa atau diaparesiasi dengan suatu sudut pandang atau argumentasi.
Hakekat kritik tidak hanya sebatas penilaian baik atau buruk semata atau aktifitas bersifat negatif yang memunculkan sikap defensif, namun kritik adalah juga sebuah deskripsi suatu fenomena.
Seorang yang menulis fenomena secara umum dapat disebut kritikus. Namun secara khusus seorang Kritikus haruslah memenuhi kriteria tertentu untuk menyandang sebagai Kritikus. Dia haruslah profesional dibidang yang jadi obyek kritiknya. Misalnya Kritikus Seni, adalah orang yang berlatar belakang seni dan bidang yang relevan dengan seni. Kritikus politik, berlatar belakang politik dan ilmu yang relevan dengan politik. Jadi bila anda berlatar belakang teknik namun menulis di Kompasiana tentang politik, anda secara umum bisa juga disebut kritikus. Namun secara khusus anda bukanlah seorang Kritikus Politik.
Seorang kritikus menempatkan dirinya sebagai seorang pembawa pandangan baru, pembentuk selera atau pemandu apresiasi. Apa yang ditulis tidak bebas nilai karena dipengaruhi bias seperti ; citra diri, pandangannya tentang peran kritik, pendekatan serta metode yang dipilih.
[caption id="attachment_343584" align="aligncenter" width="680" caption="http://denisuryana.files.wordpress.com/2009/12/kritik-nugrahacyber-wordpress-com.jpg"]
Metode Kritik
Ada beberapa metode kritik, yakni :
- ·Metode Deskripsi,
Disini kritikus memerikan suatu fenomena dengan cara mendeskripsikannya menyangkut apa, dimana, mengapa, bagaimana dan siapa. Sifat tulisannya ringan seperti data populer. Metode ini dianggap kurang menarik bagi Kritikus profesional karena tidak menuntut kreatifitas dan imaginasi namun sangat menuntut obyektifitas dan akurasi tinggi yang disertai gambar, istilah khusus, diagram dan lain sebagainya sehingga memudahkan pembaca umum memahami atau mengapresiasi tulisan kritik tersebut. Contohnya ini.
- ·Metode Interpretasi,
Kritikus menunjukan cara-cara bagaimana suatu fenomena ditafsirkan dan dipahami dengan menawarkan kacamata pengamatannya agar pembaca memperoleh visi dan pemahaman yang sama dengan dirinya tentang suatu fenomena yang jadi obyek kritik/tulisan, contohnya ini dan itu
Metode Interpretasi sangat menantang dibandingkan Deskripsi karena menuntut imaginasi dan strategi si penulis kritik. Interpretasi diformulasikan lewat vis-visi metaforik tertentu sehingga pembaca tertarik pada cara pemahaman yang disajikannya. Pikiran pembaca pun bisa lebih terbuka dengan alternatif pemikiran yang dilakukan si penulis.
Bila interpretasi ini dilakukan serupa dan secara berulang bisa menciptakan seolah-olah fenomena yang dibahas tersebut merupakan sesuatu nyata/benar.
- ·Metode Penilaian
Disini penulis atau kritikus menilai suatu obyek/fenomena berdasarkan acuan norma atau paradigma tertentu. Misalnya berdasarkan undang-undang, peraturan, keyakinan religi, etika umum masyarakat, dogma, sistem yang berlaku, dan lain sebagainya.Contohnya ini.dan itu
Seringkali si penulis kritik tidak langsung menjelaskan acuan yang digunakan dan menilai, terutama dalam situasi dimana justifikasi acuan norma tadi sulit dilakukan, atau dia menganut norma tersebut secara ‘taken for granted’. Bisa juga dia merupakan seorang pakar yang kompeten dan tidak diragukan lagi.
[caption id="attachment_343586" align="aligncenter" width="506" caption="http://1.bp.blogspot.com/-8R5o1SbFMj8/UUPfB-kdLtI/AAAAAAAAKCM/CRaEHNjdBw0/s1600/menulis+bisa+menghilangkan+stres.jpg"]
Kritik Atas Kritik
Melalui kritik atas kritik, seorang Kritikus membahas cara-cara memerikan, menafsirkan dan menilai suatu fenomena yang pernah ditulis oleh kritikus lain. Kritikus tersebut dapat mengusulkan atau mengembangkan alternatif metoda, sudut pandang dan norma baru sehingga diperoleh hasil pemerian, penafsiran dan penilaian yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Contohnya ini
Kritik sebagai Karya Seni
Kritikus menggunakan fenomena atau sebuah kritik sebagai media untuk mengaktualisasikan diri sehingga dihasilkan karya seni tinggi yang terungkap melalui foto, tulisan puitis, dan gambar-gambar imajinatif/indah. Kritik sebagai karya seni bisa dihadirkan bersamaan dengan fungsi kritik lainnya.Misalnya kritik interpretasi disajikan dengan kalimat puitis dan gambar-gambar indah. Contohnya ini. dan ini
Sebenarnya masih banyak lagi metoda dan model kritik. Yang saya sajikan ini merupakan pengertian model-model kritik untuk menulis artikel populer agar mudah dipahami para penulis di Kompasiana.
Jadi anda jangan takut membuat Kritik, karena ketika anda membuat tulisan di Kompasiana atau media lainnya, sebenarnya anda telah membuat Kritik. Kalau anda masih takut kritik, sebaiknya jangan menulis. Cukup diam saja di depan layar komputer sambil senyum-senyum sendiri dengan khusuk dan tabah.Tak lupa berharap jangan sampai ada kritik terhadap perilaku anda.
Kritik saya untuk anda : Segeralah cuci muka anda sebelum berubah jadi muka badak. Heu..heu..heu...semoga bermanfaat. Celeguk !
Salam Kompasiana
[caption id="attachment_343585" align="aligncenter" width="320" caption="http://2.bp.blogspot.com/gOvllhquCRk/TvCb3_0sMlI/AAAAAAAAAEw/v74BPrqUQKo/s320/thanks-kritik.gif"]