Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Ramadan: Memahami Arti Bersyukur di Hari Pertama

11 Maret 2024   09:29 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary Ramadan Hari Ke-1 - sumber gambar: canva.com (personal editing)

Di hari pertama Ramadan, mentari terbit memeluk dunia. Gemulai cahaya merona membelai kisah haru kita. Di antara bayang-bayang duka dan angan-angan indah. Kita hadir, memaknai arti bersyukur yang tak terkira.

Di hadapan langit biru, dengan hati yang merana. Kami memandang, memahami, menghirup cahaya suci. Tiap jengkal langkah di bulan suci ini, adalah anugerah, ladang hikmah yang tiada tara.

Di bawah rimbun pepohonan yang berbisik. Di sela-sela aroma rempah yang mengoda. Kami bertatap, mengukir doa-doa yang merangkai. Mengalir seperti sungai di tengah padang gersang.

Bersyukur adalah perjalanan roh yang abadi. Memahami bahwa setiap detik adalah karunia. Menggenggam erat cahaya yang memancar di awal Ramadan. Sebagai pelipur lara, penawar jiwa yang resah.

Bersyukur bukan hanya kata di bibir yang terucap. Bukan hanya rengekan di tengah duka dan nestapa. Bersyukur adalah jiwa yang menari di lautan cinta-Nya. Menyatu dalam irama keagungan yang tak terkira.

Di bawah sinar Ramadan yang berseri. Kami bersimpuh, merangkul keagungan-Nya dengan rasa rendah hati. Tiap tetes embun di pagi Ramadan. Menjadi doa yang kita panjatkan, penuh dengan kerendahan hati.

Di hari pertama Ramadan, kita mengingat asal-muasal kita. Bagaikan cahaya yang menembus kegelapan malam. Kita mengingat, kita bersyukur, kita merenung. Tentang nikmat-nikmat yang melimpah ruah, tak terhingga.

Bersyukur bukanlah sekedar pandangan mata. Bukanlah semata tentang harta dan kekayaan dunia. Bersyukur adalah melihat jauh ke dalam diri. Menemukan bahwa cinta-Nya tak terkalahkan, tak tergantikan.

Di antara derasnya hiruk-pikuk dunia yang terus berputar. Kita menemukan ketenangan di dalam kesyukuran. Bukanlah materi yang kita kejar, bukan harta yang kita tuntut. Melainkan keridhaan-Nya, yang tiada bandingnya di dunia.

Di setiap detik Ramadan yang kita jalani. Bersyukur adalah jiwa yang selalu terjaga. Menghargai setiap tarikan nafas, setiap tetesan embun. Sebagai tanda bahwa kita masih diizinkan merasakan cinta-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun