Siapakah itu....
Kami bertiga tinggal di mess sebuah sekolah, mess dengan tiga kamar tidur, ruang tamu dan ruang santai dengan televisi dan matras untuk leyeh-leyeh,dan sebuah dapur yang jarang mengepulkan asap. Kisah-kisah ini berasal dari sana dan satu lokasi lain.
Aku usai mencuci dan menjemur pakaian di tengah rintik hujan, masuk rumah jumpa si Polem yang mau keluar dengan maksud yang sama. Hujan terus membuat jemuran menumpuk.
Aku buka laptop dan mau buat soal, mid test menjelang.
“Kang, napa lho ngajak ngobrol, eh malah diam saja...” kata Bowo.
“Leh aku di belakang baru njerengi,tanya Polem yang pethukan,di pintu...” kataku sambil bolak-balik buku.
Bowo datang dan mepet-mepet, dengan pandangan mata bingung, takut, dan khawatir juga. “Kang, tenan e lho, sampeyan ngajak ngobrol di kamar, aku baca novel, makanya aku tanya, ngapa le Kang, kog diam saja...” “Kang, aja-aja.....”
Aku hanya senyum saja....
Malam-malam Polem yang memang jujur mengakui takut, sepulang ngeprint di kantor pulang ke mess, jarak Cuma dua puluh meter, tapi gelap gulita, hanya lampu remang-remang memang ada. Aku ditinggal sendiri. Baru sampai pintu dia balik lagi, tidak omong cuma duduk mepet-mepet dengan celingak clinguk,“Jare balik,” tanyaku singkat dengan tetap ngawasi printer.
Dia diam saja, aku tahu persis dia tidak berani mau ngomong pasti aku tertawakan, dia pilih diam saja. Aku tengok lha kog pucat, wah ini bukan jirih,tapi ada apa-apa. Akhirnya aku antar pulang, sampai mess, dia ngakak sambi cerita ke kami, lucunya anak ini penakut tapi jujur dan cerita sendiri. “Wo, Kang, ngerti gak, aku tadi balik?” kami aku dan Bowo gak jawab kan tahu dia penakut, pernah lari telanjang, karena di rumah sendiri, listrik mati pas di kamar mandi.
“Di kaca pintu itu, pas aku mau buka pintu ada duo orang, kalian tahu aku pendek, lha satunya jauh lebih tinggi lho Kang...”