Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Silang Sengkarut Pendidikan, Cimarga Contohnya

15 Oktober 2025   18:31 Diperbarui: 15 Oktober 2025   18:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang SMAN 1 Cimarga: Tribunnews.com


Coba dibalik, atau berganti peran, saat menjadi guru, sebulan saja. Jamin stress tujuh tanjakan. Jangan dianggap sepele, menghadapi anak-anak sekarang.


Media sosial juga tidak banyak membantu untuk lebih memudahkan pendidikan.  Jauh lebih merepotkan bagi pendidik dan dunia pendidikan secara umum. Seolah dianggap sepele, ini adalah masalah bangsa. Generasi muda yang tidak boleh dididik, sekadar diajar, bisa jadi pengetahuan bagus, namun kepribadian dan perilaku, jauh dari harapan. Padahal pengetahuan dasar, seperti hitungan-hitungan dasar, membaca, menulis banyak yang masih sangat memprihatinkan. Nanti dipaksa untuk bisa, jadi ribut, polisi, melanggar HAM.


Pendidikan itu sekarang sedang krisis multi dimensi, namun dinilai seolah baik-baik saja, tidak ada persoalan, semua berjalan sebagaimana mestinya. Sama sekali tidak demikian. Elit, pihak Kementerian dan jajaran sekadar sibuk dengan istilah dan anggaran. Padahal di lapangan begitu berjibun persoalan.


Rebutan murid di tahun baru
. Masalah adalah monetasi dengan adanya dana BOS. Pengelolaan uang yang bergantu jumlah murid, membuat sekolah berlomba-lomba menarik minat calon orang tua murid dan calon murid. Tidak perlu heran jika ada satu desa dengan dua atau tiga sekolah dasar, ada yang muridnya sangat sedikit, namun sekolah lain sampai paralel.  Tiap tahun ajaran baru selalu terdengar adanya sekolah tutup, murid hanya satu, atau kekurangan murid. Tanpa ada pembenahan. Hanya dikira suksesnya KB, padahal bukan.


MBG. Masalah baru, yang sejatinya bukan dari dunia pendidikan.  Sekolah terimbas dengan program premature dengan dana superjumbo ini. Menambah masalah, bukan mengurai atau mengurangi persoalan di sekolah.


Sertifikasi guru, maunya menyejahterakan guru, namun dalam pengurusan, sangat menyita waktu, sehingga sering kelas itu terbengkalai. Jam pelajaran kosong karena gurunya sedang mengerjakan administrasi demi cairnya uang tunjangan sertifikasi profesi.
Perbedaan mutu Pendidikan. Jangan bicara nasional, daerah pinggiran dengan kota saja sudah njomplang. Selama ini mana ada yang peduli, pokoknya pendidikan ya begitu itu. Apalagi jika bicara Jawa dan luar Jawa, sangat jauh ketimpangan itu.


Keberadaan guru yang lemah, panjang lebar sudah dibahas di atas. UU tidak melindungi guru, malah seolah menjadi bumper bagi murid yang tidak bisa diatur. Terlalu berat bagi guru menghadapi tekanan itu.


Politisasi dan ideologisasi sekolah dan pendidikan.  Politik masuk sekolah, contoh dana BOS yang membuat sekolah rebutan, belum lagi jika bicara mengenai timses atau afiliasi politik. Ideologi pun demikian, merisaukan.


Logika berpikir itu berdasarkan pendidikan. Lihat saja begitu banyak masalah karena pemimpinnya sama sekali tidak logis. Mana ada keracunan makanan hanya karena sendok, belum terbiasa, atau membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Hal-hal demikian menjadi gejala sangat umum dalam bernegara kita.


Negara ini sangat besar, jangan sampai karena keinginan pihak-pihak tertentu untuk menguasai, dengan cara merusak pendidikan. Kesadaran menjadi penting, untuk bebenah. Salah ya salah, jangan dibenarkan dengan membentuk opini.


Terima kasih dan salam
Susyharyawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun