Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Emang Salah Apa Novel Baswedan?

14 Februari 2021   13:36 Diperbarui: 14 Februari 2021   13:57 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emang Salah Apa Novel Baswedan?

Novel Baswedan dilaporkan kepada pihak kepolisian dan dewan pengawas KPK. Masalahnya apa memang? Konon dasar pelaporan adalah status media sosial Novel. Nah, itu kan bisa saja ranah privat, ranah pribadi, ya benar jika kepada pihak kepolisan, jika ke dewas KPK paling akan menjawab ini kapasitas pribadi. Susah memang melepaskan jabatan dan kapan itu adalah pribadi.

Penyidik senior memang jabatan dan fungsi dari Novel. Toh ia juga memiliki sisi pribadi yang berhak bersuara. Kadang media yang mencampuradukan dengan membuat judul Novel Baswedan dan dalam badan berita ditulis penyidik senior KPK itu, lhah kalau dalam ciutan tanpa jabatan yo sebenarnya tidak pas lagi.

Berangkat dari posisi Novel adalah pribadi yang memiliki faungsi sebagai penyidik senior, karena ia berciut tentang tahanan sipil di dalam pengawasan polisi, bukan KPK, dan bukan sangkaan korupsi atau suap, maka bisa diandaikan ini adalah ranah pribadi, personal Novel dan bukan sebagai pegawai KPK.

Kadang, kita, juga terutama media susah membedakan, mana pribadi, mana profesi, dan mana tugas tambahan. Contoh, Bapak Andi adalah ayah dari Budi, suami dari Isti, dan pekerjaannya guru, ia juga merangkap sekretaris RT. Nah Ketika menjadi sekretaris RT ia amat rajin, semua pekerjaan dan tanggung jawabnya bagus. Tetapi ia abai pada anak dan istri. Sering perhatian untuk keluarga dikesampingkan demi melayani warga.

Pekerjaannya sebagai guru juga sangat baik. Anak-anak suka cara mengajarnya, rekan gurunya juga sering meminta bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang susah. Semua puas. Namun anak dan istrinya tidak merasakan hal yang demikian.

Pak Andi ini baik di mata rekan, murid, dan warga, namun ternyata keluarganya tidak merasakan hal yang sama. Apakah Pak Andi buruk? Tidak juga demikian. Kesaksian tetangga dan murid serta rekan gurunya tidak akan memberikan citra buruk. Berbeda dengan anak istrinya. Ini yang disebut manusia. Seutuhnya sudah dimengerti, dijelaskan, dan dinilai.

Nah Novel ini dalam  kapasitas yang mana? Ambil ini adalah sisi ia pribadi, yang tidak bisa lepas dari tugasnya sebagai penyidik KPK, dan masa lalunya sebagai polisi juga. Inilah manusia.

Tidak mungkin Novel tidak ingat atau tidak tahu bahwa ia adalah juga mantan polisi. Mengapa? Ia masih sehat, masih segar, dan tentu belum pikun, masih bisa bereaksi dengan jelas dan lugas. Apakah memiliki pretensi tertentu? Bisa iya bisa tidak.

Tetapi, ia adalah polisi, mantan polisi, dan bekerja di institusi yang masih identik. Menahan atau tidak menahan orang itu pasti paham. Alasan subyektif dan obyektif itu pasti ada dan ia tahu dengan baik. Ketika ia menyoal mengapa polisi menahan orang sakit, bisa beraneka narasi yang bisa berkembang.

Ingatan publik boleh juga ketika menyasar kasus yang pernah melibatkannya di masa lalu. Dugaan kekerasan pada tahanan dan berujung kematian. Cek sendiri, artikel ini bukan untuk  membahas itu, hanya satu data untuk menunjang artikel. Bisa dalam dua arti yang bisa dipahami, pertama, itu adalah gaya Novel yang dijadikan rujukan, yurisprodensi, dan ukuran bahwa semua polisi melakukan hal yang sama. Narasi ini tentu bisa saja menjadi kesimpulan publik.

Kedua, bahwa ia tahu bahwa ini adalah kematian wajar, namun  karena bisa dibawa ke ranah politis, ya sekalian. Kapan lagi.  Ingat, ini adalah dugaan, dan bisa jadi simpulan publik demikian. Tidak bisa disalahkan atau juga dianggap benar. Bisa iya bisa tidak, atau ada sebagian benar lainnya salah.

Lebih heboh lagi adalah persepsi publik sedang pada titik sensi. Dua kubu yang masih berpegang teguh pada masa lalu, pilpres yang belum seutuhnya selesai. Tegangan antara propemerintah dan prooposan yang seolah tidak ada henti-hentinya.

Apapun yang dilakukan pemerintah salah, apalagi memang berbuat yang potensial keliru, pasti akan jadi lahan untuk diributkan. Tidak ada masalah saja diciptakan, apalagi memang ada dan bisa diolah menjadi masalah. Kisah paling fenomenal ya mengenai bonyoknya Ratna Sarumpaet, lagi-lagi ingat ini contoh fakta, bukan mengenai  mengungkit masa lalu.

Konteks ini yang menjadikan publik menilai Novel Baswedan salah dan dilaporkan ke pihak yang berwajib.  Karena rekam jejaknya juga selama ini ada pada posisi yang demikian, jadi tidak berlebihan dugaan demikian. Masih ada dalam taraf yang wajar.

Memang menjadi persoalan, karena selama ini pembiaran telah membuat orang bebas termasuk menilai pemerintah dengan sangat buruk. Ketika tiba-tiba semua dilaporkan, ada kecenderungan penilaian pemerintah otoriter. Kemudian menyusul juga Din Syamsudin. Mengenai pokok masalahnya diabaikan dan mendengungkan kriminalisasi oposan yang lebih menguar dengan kuat.

Masalah penegakan hukum yang menjadi kacau karena dibumbui politik dan diberi penyedap agama. Hal yang awalnya adalah kriminal, pidana, karena dikemas dengan label politik dan agama, pembelaan menjadi sumir. Apa yang menjadi pokok masalah tertutupi. Persoalan itu sudah sekian lamanya ada pembiaran, dan memang ada yang menggunakan itu sebagai kesempatan untuk  memperjuangan kepentingan mereka.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun