Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rizieq Takut Karma Ahok

13 Desember 2020   19:21 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:33 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Eits jangan sensi dulu, yang gak suka lebih baik minggir, dari pada tanpa baca kemudian komen dan gak nyambung. Malu lho. Dua tema ini lagi panas baik di media ataupun media sosial. Memang sih ada kaitan dan bisa juga demikian. Pemahaman secara umum demikian. Ah tetapi  berlebihan juga, apakah segitunya juga kesaktian Ahok dan Tuhan Mahadil dan Mahakasih itu di mana?

Narasi yang berkembang Rizieq menyerah karena takut, sebagaimana kata pihak kepolisian dalam konferensi pers. Wajar kutipan ini menjadi bumbu paling menyedapkan terutama bagi pegiat media sosial yang memang sudah gerah dengan perilaku Rizieq dan FPI.

Takut kan wajar, manusiawi, dan tidak ada yang salah. Timbul tanya adalah, saat menyaksikan kilas balik perilaku Rizieq dan kawan-kawan selama ini. Urusan yang berbeda.

Hangat yang lain adalah pembahasan kata-kata Ahok kala  menghadapi persidangan. Ia mengatakan yang melawannya akan dipermalukan satu demi satu. Pegiat medsos, artis media sosial kemudian mendaftar siapa saja yang dulu ada kubu berseberangan dengan Ahok. Kelompok yang membawa Ahok ke kursi pengadilan dan kemudian menjalani dua tahun penjara.

Ini semua kembali terungkit karena Rizieq adalah salah satu pionir yang paling keras, lantang, dan membawa pasukan terbesar untuk demo berjilid-jilid. Muaranya semua sudah paham, dan kini keadaan itu berbalik.

Apakah benar demikian adanya? Tidak. Sama sekali tidak, menurut hemat saya bukan demikian adanya.  Semua itu konsekuensi logis atas perilaku pribadi, bukan pembalasan Tuhan untuk Ahok karena Tuhan bukan pembalas.

Toh ada juga yang malah moncer dan naik  kelas sangat tinggi. Siapa dia, juga pada paham kog. Artinya apa? Ya keadilan Tuhan itu bukan sebagaimana kaca mata manusia. Model manusia kan menyenangkan, memuaskan, dan memberikan kegembiraan itu sebagai keberhasilan, Tuhan berpihak, dan merasa benar. Padahal belum tentu.

Ahok juga manusia biasa, yang punya salah dan kelemahan. Ia tidak malati, bukan orang yang berbisa dan membuat pihak lain celaka. Itu semua yang dikatakan didorong emosi, bukan karena kebenciannya. Lihat saja perilakunya selama ini, tidak memberikan cerminan demikian.

Daftar panjang yang masuk bui atau   mengalami pengalaman naas itu semua karena perilaku mereka sendiri. Konsekuensi logis atas perbuatan mereka sendiri.  Beberapa nama yang disebut itu berkasus hukum karena korupsi. Hayo memangnya apa ada kaitannya dengan Ahok, kan tidak. Mereka maling dan wajar kalau masuk buruan KPK dan masuk penjara.

Semua agama mengajarkan Tuhan itu Mahakasih, Mahaadil, membalas jelas kaca mata dan hak prerogatif Tuhan bukan kaca mata dan penilaian manusia. Lihat saja hujan toh semua mengalami. Matahari juga menyinari Rizieq sekaligus Ahok, tidak ada yang kena sinar lainnya tersinari. Pun hujan dan angin, semua mengalami yang sama.

Rizieq takut? Jelas dan pasti, siapa yang tidak takut pada polisi dan hukum coba, apalagi selama ini perilakunya bisa diketahui sendiri. Seperti anak yang ketangkap basah lagi nonton bokep padahal janjinya belajar. Lihat saja cara ia duduk di depan meja petugas atau matanya ketika memasuki mapolda. Berbeda jauh banget dengan keseharian selama ini.

Mengapa bisa demikian?

Ia tahu persis kini benar-benar semua berakhir, tidak akan lagi ada yang membela selain pengacaranya. Itu pun perlu banyak beaya dan tentu tidak murah. Padahal sudah tidak bisa mencari uang malah harus keluar uang.

Para pembelanya selama ini karena ada kepentingan. Pembelaan yang masih tersisa seperti Fadli Zon, Amien Rais, sebentar lagi juga diam. Rizieq tentu  paham betul dengan  perilaku model demikian. Ia tentu masih ingat apa yang terjadi pada Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, dan kawan-kawan.  Semua diam kala memasuki ruang sidang. Kabur semua.

Reputasi para pengguna jasanya juga ia tahu dengan sangat baik bagaimana ia bisa celaka dan habis. Pilihan realistis banget dengan mendatangi polisi dan ada di dalam tahanan kepolisian akan aman dan tidak ada potensi bahaya yang bisa mengancamnya. Mundur sejenak untuk dikemudian hari muncul lagi dengan kepentingan berbeda.

Tabiat yang relatif sama terulang, sedikit-sedikit mengaitkan dengan Yang Kuasa, lha pada marah kalau Rizieq dan FPI menggunakan agama dan Tuhan, kog juga paradigma yang sama dipakai untuk menghakimi keberadaan Rizieq dan kawan-kawan.

Semua perilaku akan mendapatkan balasan yang setimpal. Atas perbuatan personal, tanggung jawab juga pribadi tentunya. Semua itu konsekuensi logis kog. Mana ada orang tidak menabur akan menuai, jika demikian bagaimana keadilan Tuhan terjadi bukan?

Ilmu cocokolgi kadang memang manjur dan menjanjikan sensional, tetapi rasional juga penting. Bangsa ini sudah terlalu banyak dengan hal yang sensasional. Abai yang rasional dan juga esensial.  Penangkapan atau penyerahan Rizieq ini adalah momentum untuk bebenah menuju lebih baik.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun