Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Zulhas dan Tanda Upaya Percepatan Rekonsiliasi

25 April 2019   09:38 Diperbarui: 25 April 2019   10:07 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemarin, Zulhas, sebagai ketua MPR, juga tidak bisa dilepaskan ketua umum PAN hadir di istana. Hal yang sangat biasa dengan kapasitas sebagai  ketua MPR, menjadi luar biasa karena posisi usai pilpres dan belum ada pengumuman resmi dari KPU.

Hal baik dan positif, malah buruk jika Zulhas tidak datang, karena posisi ada pada persimpangan dengan pemerintah. Hal baik bagi hidup berbangsa dan bernegara. Upaya mengembalikan rivalitas dalam pesta demokrasi yang masih latihan itu perlu ekstra dalam banyak hal.

Pesta demokrasi masih semata ide, gagasan, bahkan mungkin masih berupa gagasan yang jauh di awang-awang. Kondisi yang mirip dengan pemilu 97 mungkin, dengan keadaan yang tidak mudah dan baik. Kecenderungan keakuan dan memaksakan sama hampir identik dengan pemilu terakhir masa Soeharto. Keinginan perubahan dan sisi yang lain maunya tetap membuat kampanye mencekam.

Kini memang tidak setegang 97, namun bahwa elit yang riuh rendah itu tetap jadi mengembalikan memori pemilu waktu itu. Suasana pesta itu tidak ada, huru hara, pemaksaan kehendak, dan kondisi berbeda itu musuh kog mirip.

Demokrasi sebagai pesta masih perlu diperjuangkan. Berbeda pilihan politik itu pada dasarnya sama juga memilih baju, saya suka kaos, jangan paksa suka kemeja resmi, pun sebaliknya. Nah ketika orang biasa berseragam dalam banyak hal, kondisi politik pun demikian.

Perbedaan hanya dalam pilihan, namun begitu banyak kesamaan yang perlu ditemukan, dielaborasi, dan dijadikan penguat di dalam hidup bersama sebagai sebuah bangsa. Kemanusiaan jelas akan memberikan titik temu. Demi bangsa dan negara, keprihatinan dalam korupsi, terorisme, intoleransi sejatinya harus menjadi rujukan untuk bersama-sama, meskipun pilihan berbeda.

Sebelum pencoblosan memang boleh berpanas-panas di dalam menjagokan unggulannya, namun usai menyoblos di bilik suara, kembali bekerja seperti semula. Ingat waktu, pekerjaan, dan tanggung jawab yang sudah ditinggalkan, perlu diselesaikan, jangan  korbankan bangsa dan negara untuk masih "kampanye" dalam bentuk lain.

Dalam hal tertentu PAN dan perilakunya tidak patut, namun itulah politikus bangsa ini, apa yang ditampilkan Zulhas patut diapresiasi, di mana demokrasi yang kita jalani masih sebatas latihan, belum yang ideal sepenuhnya.

Beberapa hal yang mungkin  menjadi latar belakang keputusan Zulhas adalah;

Pertama, keputusannya sama dengan periode lalu, di mana ia juga bersama dengan pemerintah, hingga menjelang masa pemilu saja berpisah jalan. Kini akan sama arahnya, ke mana lagi selain kembali ke sana. Sangat mungkin.

Kedua, suara pileg sependek hitug cepat ini lumayan meningkat apa yang mereka peroleh. Mosok mau memilih konyol dengan ribut dan riuh rendah yang sangat mungkin merugikan PAN secara umum. Bayangkan jika pemilu ulang dan dihukum pemilih malah suaranya jeblok, apa tidak rugi.

Ketiga, posisi di koalisi bersama Prabowo juga sama dengan kebersamaan pada Jokowi, bukan siapa-siapa. Angin lebih jelas ke arah mana kemenangan, dan sangat wajar jika gerakan langkahnya juga mulai ancang-ancang  ikut yang menjanjikan.

Keempat, kondisi ini sebenarnya jauh-jauh hari sudah jelas kog. Bagaimana mereka tidak mengharuskan kadernya mendukung penuh Prabowo-Sandi. Cenderung memilih pemilu legeslatif sebagai tujuan utama. Cenderung anteng saja dalam masa pemilihan umum.

Kelima, pembiaran Bima Arya makin memperjelas kondisi dan pilihan PAN itu ke mana. Sama sekali tidak ada reaksi yang berarti dengan pilihan walikota yang satu ini. Padahal jelas berdampak besar bagi keberadaan koalisi.

Keenam, posisi Amien Rais yang membuat PAN dan Zulhas galau. Dan itu tidak mudah memang, dan ketika usai pemilu, mau apa lagi.

Melihat sikap Prabowo di 2014 mau datang pelantikan presiden, kondisi negara krusial mau menerima Jokowi sebagai tamu dan berkuda bersama, dan juga sikap-sikap ksatrianya, kini dengan Zulhas yang sudah demikian terbuka, sangat mungkin jembatan persatuan elit itu terjadi.

Memang masih ada beberapa pihak yang masih mengupayakan cara berbeda, bahkan tidak akan ada rekonsiliasi, pertemuan Prabowo dan Jokowi, toh itu kata orang, bukan Prabowo sendiri. Apa yang dikatakan Luhut dan juga Andi Arief jauh lebih memberikan arti positif. Di mana SBY dan Luhut jauh lebih mengenal karakter dasar Prabowo yang bisa disentuh dan menjadi titik masuk untuk mengembalikan keadaan menjadi kondusif.

SBY dan LBP sebagai teman masa pendidikan dan teman kerja, pasti  lebih mengenal karakter, kedalaman, dan mana-mana yang bisa dijadikan bahan dan dibangun  komunikasi. Berbeda dengan beberapa orang yang selama ini memprotek agar tidak ada pertemuan, mereka kenal karena kesamaan dalam pilpres kali ini saja.  Apakah mereka kenal pribadi secara mendalam, belum tentu.

Rekan koalisi dan diri Zulhas, senior seperti LBP, dan juga rekan sebagaimana SBY tentu bisa menemukan cara membuka komunikasi. Dan itu tidak akan lama. Lihat di 2014 kondisi yang sama terjadi.

Pesta sudah usai, saatnya kembali bekerja, bebersih beberapa yang kotor itu pasti, dan jelas kembali membangun negeri. Salah satu ciri demokrasi adalah adanya periodisasi, dan  itu hanya lima tahun, sebagai bangsa adalah kalau bisa abadi sampai akhri zaman. Jangan dirusak hanya karena  kursi dan kehendak segelintir obsesif oknum  semata.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun