Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Salah Teman dan Koalisi Lupa Kawan

18 November 2018   05:00 Diperbarui: 18 November 2018   05:20 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang dinyatakan Megawati itu layak didengar dengan seksama, memang lingkungannya yang tidak mendukung. Beberapa pihak mengatakan kalau Prabowo malah menjadi juru bicara dan juru kampanye pasangan 01.  Hal yang sangat disayangkan oleh rekan koalisinya tentunya.

Koalisi salah teman masih diperparah dengan lupa kawan. Entah apa yang menjadi masalah dan perhitungan, ketika semua kesempatan diambil semua oleh Gerindra. Capres, cawapres, dan ketua tim pemenangan pun diambil semua, tanpa menyisakan sedikit pun bagi kawannya.

PKS sebagai rekan yang sehati sekian lama, berkorban banyak sekali, mulai 2014, 2017 di Jakarta, dan akhirnya 2019 pun hanya menjadi obyek pelengkap dan penderita. Politik dengan pameo tidak ada kawan abadi terjadi dengan lugas dan nyata.

Parah lagi di Jakarta, hingga kini ada peluang dalam jabatan wakil gubernur pun masih tarik ulur, cenderung enggan berbagi dan maunya untuk mereka saja semua. Pernyataan yang saling meniadakan satu sama lain membuat pergantian jabatan yang seharusnya sederhana menjadi berlarut-larut. Intinya  Jelas tidak mau berbagi jabatan dan kesempatan.

Ketika PKS sudah mati langkah, karena toh masih ngarep DKI-2, mereka sudah tidak bisa leluasa lagi keras, mengancam, dan memberikan ultimatum. Bagaimana pun masih lumayan mendapatkan DKI-2.  Toh maju sebagai calon juga belum tentu menang.

Kini beralih, Demokrat yang memang lucu dan aneh, mengaku kalau main dua kaki. Hal yang sebenarnya sangat naif dan tidak elok mengaku terus terang begitu. Toh ini masalah semua partai politik yang tidak memiliki nama yang bisa memberikan efek bagi partai di dalam pemilu mendatang. Hanya Demokrat yang paling gencar dan vulgar mengatakan hal ini.

Eh malah ada sentilan, bagaimana SBY dan Demokrat belum tampak gerak mengampanyekan Prabowo Sandi. Jelas membuat SBY meradang dan membalas kalau pernah dua kali jadi capres dan tidak pernah memaksa ketum parpol berbuat ini dan itu.

Pilihan individu, sikap, pernyataan pun sering salah dan malah makin membuat kondisi tidak baik. Respon asal-asalan, lemah dan bahkan sering tanpa data. Ujung-ujungnya minta maaf, ini jelas sangat buruk.

Belum lagi sikapnya kalau ada rekan, kolega, atau kader menghadapi kasus hukum, mereka melupakan, dan meninggalkan. Tanya saja pada Dhani, Buni, Ratna, dan Rizieq. Mereka sudah dilupakan, bahkan Ratna sudah dikatakan sebagai sampah politik.

Apa yang terjadi ini sebenarnya adalah muara atas koalisi tergesa-gesa, lemah komunikasi, disatukan oleh asal bukan Jokowi, dan egoisme masing-masing pribadi di dalamnya yang sangat besar. Komunikasi mana bisa berjalan mengandalkan kemegahan diri masing-masing. Mau datang, mau didatangi itu ketika sudah mentok, tidak ada pilihan, dan merasa menang.

Apa yang terjadi pada elit pun sangat berpengaruh pada seluruh jaringan dan level. Komunikasi pada jajaran di bawah juga tidak lebih baik. Konsentrasi dan energi mereka habis untuk memperbaiki dan bertahan atas perilaku elit mereka.  Bagaiman beranjak maju kalau merek asyik di dalam dan itu bukan hal yang bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun