Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DKI-2, Kalutnya PKS, Sendirinya Anies, dan Gerindra yang Jemawa

22 September 2018   09:09 Diperbarui: 22 September 2018   09:39 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(instagram/aniesbaswedan)

Skandal korupsi yang melibatkan elit top PKS sudah susah mengembalikan keadaan karena munafik yang terbaca. Mengapa partai lain tidak demikian besar dan lama imbasnya? Karena perilaku dan ujaran yang berbeda. Orang masih bisa menerima kalau partai lain toh tidak menyitir kata atau kalimat suci dalam banyak segi, platform agama pun kental namun perilakunya jauh berbeda.

Posisi Anies

Anies sebagai gubernur, sama sekali tidak pernah terdengar sebagai pihak yang dimintai pendapat, ide, gagasan, dan apalagi keputusan. Boneka beneran posisi Anies ini, ternyata terbukti mereka yang menuduh Jokowi boneka mereka malah pelakunya.

Mereka menilai Anies hanya dimanfaatkan semata demi menang melawan Ahok dan representasi Jokowi. Kondisi krusial begini Anies didiamkan saja. Toh sepanjang sepuluh bulan kemarin, Anies juga bak anak tiri, si wakil yang banyak bicara, banyak wacana, dan juga selip omongan. Anies diam saja di pojokan dengan kesendiriannya.

Gerindra tidak yakin akan Anies, apa mau memberikan karpet merah untuk oportunis seperti itu. Didiamkan tanpa dilibatkan itu jauh lebih memedihkan. PKS yang pernah meghendaki kalau Anies sebagai jalan untuk kembali menjadi jawara, malah dijawab itu hanya becanda, kata media sih, dan nampaknya benar.

Dengan sikap PKS yang mendiamkan juga jelas demikian. Artinya para pengusung utama itu tidak peduli akan keberadaan Anies. Toh bisa dipatahkan oleh dewan dan wakil yang bisa digerakan partai sebagai representasi keinginan partai. 

Posisi lemah Anies juga jelas terlihat dalam sepanjang pemerintahannya yang lebih banyak pembicaraan antitesis semata. Posisi serba susah karena jelas akan malu jika mengikuti ide pendahulu, mau membuat yang baru menabrak apa yang dijadikan bahan kampanye, yang ia tahu tidak akan bisa dilakukan itu.

Sayang ibukota negara dikelola partisan yang hanya fokus pada kursi yang implikasinya anggaran belanja itu. Apa yang sudah maju jauh ke depan bisa surut jauh ke zaman sebelum pembangunan. Apa iya Indonesia akan dikelola dengan pola yang sama?

Terima kasih dan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun