Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DKI-2, Kalutnya PKS, Sendirinya Anies, dan Gerindra yang Jemawa

22 September 2018   09:09 Diperbarui: 22 September 2018   09:39 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(instagram/aniesbaswedan)

Menarik perebutan DKI-2 ini, bagaimana  PKS makin panik dan kalut, sedangkan Taufik sebagai"penguasa" Gerindra DKI merasa di atas angin. Shohibul Imam sebagai presiden PKS sudah sowan khusus ke ketum Gerindra Prabowo dan disanggupi akan tanda tangan untuk "menggerakkan penyerarahan" kursi DKI-2 ke kubu PKS. Apakah sesederhana itu?

Tidak, beberapa indikasi jelas menyulitkan kondisi yang ada. Di mana, kini justru Prabowo lebih butuh Taufik dengan mesin partainya, dari pda PKS. Mengapa? Ketika sudah penetapan calon presiden, partai politik bisa dikesampingkan, menunggu untuk suara di pilpres, susah juga. Padahal M. Taufik sebagai ketua daerah Gerindra pun tidak mau surut untuk maju sebagai seorang wakil gubernur.

Wakil ketua DPR-D pun belum cukup strategis dan cukup menjanjikan, masih kerenan eksekutif. Soal pernyataan BW yang Jakarta butuh pimpinan berintegritas, artinya, bukan eksnapi emang jadi pertimbangan. Kue di depan mata mengapa dilepas, wong yang jauh bisa dicolong, ups.....

Prabowo bisa saja secara lisan atau  tertulis menjanjikan pada Shohibul Imam sebagai kolega tingkkat pusat.  Kalau pimpinan daerah diam saja, toh Prabowo tidak akan memecat atau  melepaskan M. Taufik dari kepengurusan, ini sangat krusial.

Posisi sangat Kuat MT

Komposisi dewan Jakarta yang terdiri atas 106 kursi, jika memang ngotot dan voting, dengan asumsi paling buruk semua partai yang tidak terlibat berbai suara. Akan di dapat  kursi sisa lepas partai ada masing-masing 40. Jika PKS dengan 11 kursi dan Gerindra 15 kursi petanya sudah jelas. Asumsi partai lain berbagi suara saja.

Kedekatan psikologis orang-orang di sana juga lebih berat ke kubu Gerindra. Ingat soal nasional dan agama bisa juga dimainkan. Di mana kekuatan  partai berbasis agama toh juga lebih cenderung ke kubu Gerindra. Artinya memang mereka, PKS itu perlu surat sakti yang masih dinanti itu. Tidak heran MT mengajak untuk bertarung di dewan. karena ia lebih yakin menang, akan beda jika ketum menyatakan penyerahan.

Sangat kecil juga kemungkinan MT mau tunduk jika Prabowo membuat pernyataan dan surat untuk memberikan peran DKI-2 bagi PKS. Kecil juga kog Prabowo akan melakukan itu. Ingat posisi strategis Jakarta itu penting.

Pertarungan PKS vs Gerindra di Jakarta

PKS yang pernah berjaya dengan 30 kursi nampaknya ingin mengulang kisah itu, kala kemarin drop 75%. Paling mungkin hanya Jakarta, ketika lumbung sebelah makin berat. Jawa Barat dan Sumatera Barat susah diharapkan bisa kembali berjaya.  Persoalan internal yang tidak pernah usai tetap mengalahkan ketaatan buta ala PKS.  Salah satu kengototan PKS adalah hal ini agar bisa kembali eksis dan menghirup udara segar.

Kisah Fahri yang sering menikam pendapat PKS yang selama ini didengar pemilih jelas membuat PKS meredup. Apa yang ditampilkan bukan hanya sekali dua kali, hampir setiap ujaran DPP akan dilemahkan FH. Itu hanya efek atas pemecatan gagal yang makin menyuramkan PKS.

Skandal korupsi yang melibatkan elit top PKS sudah susah mengembalikan keadaan karena munafik yang terbaca. Mengapa partai lain tidak demikian besar dan lama imbasnya? Karena perilaku dan ujaran yang berbeda. Orang masih bisa menerima kalau partai lain toh tidak menyitir kata atau kalimat suci dalam banyak segi, platform agama pun kental namun perilakunya jauh berbeda.

Posisi Anies

Anies sebagai gubernur, sama sekali tidak pernah terdengar sebagai pihak yang dimintai pendapat, ide, gagasan, dan apalagi keputusan. Boneka beneran posisi Anies ini, ternyata terbukti mereka yang menuduh Jokowi boneka mereka malah pelakunya.

Mereka menilai Anies hanya dimanfaatkan semata demi menang melawan Ahok dan representasi Jokowi. Kondisi krusial begini Anies didiamkan saja. Toh sepanjang sepuluh bulan kemarin, Anies juga bak anak tiri, si wakil yang banyak bicara, banyak wacana, dan juga selip omongan. Anies diam saja di pojokan dengan kesendiriannya.

Gerindra tidak yakin akan Anies, apa mau memberikan karpet merah untuk oportunis seperti itu. Didiamkan tanpa dilibatkan itu jauh lebih memedihkan. PKS yang pernah meghendaki kalau Anies sebagai jalan untuk kembali menjadi jawara, malah dijawab itu hanya becanda, kata media sih, dan nampaknya benar.

Dengan sikap PKS yang mendiamkan juga jelas demikian. Artinya para pengusung utama itu tidak peduli akan keberadaan Anies. Toh bisa dipatahkan oleh dewan dan wakil yang bisa digerakan partai sebagai representasi keinginan partai. 

Posisi lemah Anies juga jelas terlihat dalam sepanjang pemerintahannya yang lebih banyak pembicaraan antitesis semata. Posisi serba susah karena jelas akan malu jika mengikuti ide pendahulu, mau membuat yang baru menabrak apa yang dijadikan bahan kampanye, yang ia tahu tidak akan bisa dilakukan itu.

Sayang ibukota negara dikelola partisan yang hanya fokus pada kursi yang implikasinya anggaran belanja itu. Apa yang sudah maju jauh ke depan bisa surut jauh ke zaman sebelum pembangunan. Apa iya Indonesia akan dikelola dengan pola yang sama?

Terima kasih dan salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun