Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memfitnah Tuhan

24 Januari 2016   19:53 Diperbarui: 24 Januari 2016   19:53 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Jika kita mengatakan bersyukur atas rezekinya yang berlimpah, di saat yang sama membuang-buang, air, makanan, minuman, dan masih makan tidak sehat, main-main dengan narkoba dan tidak menjaga kesehatan.

Jika kita gagal dalam berbuat baik dan malah berbuat jahat, mengatakan ini cobaan dari Tuhan, yang harus diterima dengan lapang hati, iklas, dan tabah. Cobaan sebagai manusia adalah wajar dan semua juga mengalmi.

Jika kita bersumpah atas asma Tuhan, namun malah berkolaborasi dengan setan dan anak buahnya. Ketika sumpah yang dengan sadar itu ketahuan, memohon ampunan dengan segala daya, namun dalam hatinya, semoga Tuhan membantu dan aku bebas (bebas untuk berbuat lagi)

Jika mengawali kalimat dan pembicaraan dengan kata-kata suci, nama Tuhan, namun isinya caci maki, rutukan, hujatan, dan menghinakan ciptaan. Apakah menghina ciptaan bukan menghina Sang Pencipta?

Jika mengatakan ampuni kesalahan kami ya Tuhan, namun menginjak dan mengatakan tidak ada maaf dan ampunan bagimu, kepada sesama yang membuatnya sakit hati.

Jika menyatakan Tuhan membawa kemenangan, namun selalu saja kalah terhadap keinginan jahat, keinginan menang sendiri, kesenangan untuk mengumpulkan keuntungan, dan egoisme serta cinta diri berlebihan.

Jika mengatakan Tuhan aku kohon bantulah jalanku biar lapang dan mudah, namun malah enak-enakan tidur, main-main, dan tidak serius dalam usaha.

Jika mengatakan bebaskanlah kami banjir ya Tuhan, namun membuang sampah sembarangan, menggusur sungai untuk hunia, hutan ditebang demi lahan pertanian, dan semua tanah dicor dan aspal.

Jika mengatakan musim kemarau ini jangan panjang-panjangya Tuhan, namun saat yang bersamaan menggunakan kendaraan bermotor dengan tidak bijaksana, membuang-buang air dengan semena-mena, dan menebang pohon demi kepuasan diri dan tidak mau menanam.

Jima mengatakan, Tuhan dampingilah anak-anak hamba-Mu agar menjadi anak budiman, di saat yang sama mereka sebagai orang tua bertengkar, menyajikan kekerasan, diberi makan dari uang yang tidak sah, dan selalu saja iri akan rezeki orang lain.

Jika memohon Tuhan dampingilah keluarga kami agar menjadi keluarga yang sejahtera, namun masih saja lirak-lirik gadis sebelah atau tetangga macho yang menggoda.

Jika bermohon nilai bagus namun tidak belajar dan memilih asyik main media sosial berlebihan.

Jika setiap hari memohon rezeki yang layak, namun saatnya bekerja masih saja tidur dan bermalas-malasan, enak-enakan meramal dan mainkan kartu untuk peruntungan.

Jika memohon agar aman dan sejahtera namun selalu bersikap curiga kepada yang berbeda dan tidak mendukung.

Tuhan bukan pesuruh kita, bagaimana kita menyuruh dan memohon tanpa mau bekerja keras dan berusaha sebaik-baiknya, selaras dengan yang kita mintakan. Berusaha dan berdoa itu sejalan.

Tuhan itu telah melakukan  banyak hal dan malah kita persalahkan atas kelemahan dan kejahatan kita. Kesalahan ada pada pihak kita. Pencobaan kog kita sadar jahat namun tidak berusaha mengubahnya.

Salam Damai

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun