Mohon tunggu...
YR Passandre
YR Passandre Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

menulis membaca menikmati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mas Gie

16 Desember 2020   05:53 Diperbarui: 28 Desember 2020   22:43 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, Mas Gie ternyata berdiri saat aku datang, dan membawaku berjalan di antara pepohonan tempat kutilang berhinggapan. 

"Kamu sudah bertemu bapak?"

"Sudah, tapi..."

"Aku tahu kamu keberatan," Mas Gie memotong ucapanku. 

"Kamu bukan pangeran, Mas! Kita harus memberi contoh bahwa amanat rakyat bukan untuk keluarga, tapi untuk kebahagiaan rakyat semata. Meskipun kamu menang, untuk apa? Bukankah kekuasaan bapak sudah cukup untuk segala-galanya?"

Sontak, Mas Gie mengangguk. 

Aku tak mengira anggukan Mas Gie akan tampak selekas itu. "Bapak seharusnya fokus mencari jalan keluar dari situasi pahit yang sedang menimpa rakyat, bukan malah menumpuk kekuasaan."

Mas Gie menghela nafas seraya melempar pisang di tangannya ke betet yang baru tiba di rerumputan, tak jauh dari tempat kami berjalan.

Aku terus meyakinkan Mas Gie agar berani berkata "tidak" kepada bapak mertua. "Untuk apa berkuasa kalau rakyat tak bahagia?" 

"Sebenarnya, bapak bukan orang rakus. Hanya, tikus dan brutus makin banyak. Di sekitar bapak semua ada, dari manusia penuh empati sampai yang berwatak sengkuni, termasuk orang yang kerjanya hanya menjilat sana sini." 

"Benar, Mas! Kamu harus berani menolak demi kebaikan kita! demi bapak! demi rakyat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun