Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Libur Ramadhan bagi Orang Tua Pekerja Formal

23 Maret 2025   11:51 Diperbarui: 23 Maret 2025   11:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah Libur selama Ramadan Tahun 2025 menjadi momen yang dinantikan oleh anak-anak sekolah. Setelah berbulan-bulan berkutat dengan urusan sekolah berupa tugas, ujian, dan rutinitas belajar, mereka akhirnya bisa menikmati waktu istirahat yang lebih panjang. Pelaksanaan sekolah libur selama Ramadhan didasarkan pada SKB dan SEB tiga menteri yang dikeluarkan oleh Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta MenParRB Republik Indonesia mengenai Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025. 

Bagi anak sekolah, pengumuman libur lebaran telah diatur dalam SEB 3 Menteri Nomor 4 Tahun 2025, Nomor 9 Tahun 2025, dan Nomor 400.6/1423.A/SJ tentang Pembelajaran di Bulan Ramadhan Tahun 1446 Hijriah/2025 M.

Sebagian orang tua menyambut baik peraturan libur Ramadhan ini dengan alasan supaya lebih dekat dengan orang tua, supaya mudah diawasi, dan sebagian lagi ada yang kasian jika harus belajar saat anak berpuasa. Sambutan baik dari orang tua ini terdengar riuh dan tersebar di berbagai kolom komentar di media sosial.

Libur siswa selama Ramadhan memang menggembirakan bagi sebagian orang tua. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada dilema yang sering dihadapi oleh orang tua, terutama mereka pekerja formal. Selama anaknya libur di rumah, orang tua harus berpikir keras untuk memastikan anak-anak tetap produktif dan aman saat ditinggal di rumah sementara dia sendiri harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Selama libur Ramadan, anak-anak memiliki waktu luang yang lebih banyak. Idealnya, momen ini digunakan untuk kegiatan positif seperti belajar mengaji, membantu persiapan berbuka puasa, atau sekadar bermain bersama keluarga. Namun, bagi orang tua yang harus bekerja, kebijakan ini memiliki beberapa kelamahan, diantaranya:

Kurangnya Pengawasan Langsung

Orang tua yang bekerja di sektor formal seringkali tidak bisa mengawasi anak secara langsung selama libur Ramadan. Hal ini dapat membuat anak kurang terarah dalam mengisi waktu luang untuk mengisi waktu liburan. Kurangnya pengawasan ini berpotensi menjadikan anak melakukan kegiatan yang kurang produktif atau bahkan berisiko. Sebagai contoh di sekolah saya, saat liburan sebagian besar anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain tanpa mengisi jurnal ramadhan yang disediakan sekolah. Padahal jurnal ini, digunakan sekolah untuk memotret dan memantau kegiatan anak agar tetap positif. Namun karena kurangnya pengawasan langsung, maka kegiatan ini tidak berjalan dengan optimal.
Tidak hanya itu, bahkan ada anak yang terkena letusan mercon saat liburan. Aktivitas  beresiko tinggi seperti ini dapat dilakukan sebab kurangnya pengawasan dari orang tua sebab diantaranya, orang tua sibuk bekerja.   

Kesulitan Mengatur Jadwal Ibadah dan Belajar

Tanpa pendampingan orang tua, anak mungkin kesulitan mengatur waktu antara ibadah (seperti shalat, mengaji, atau berpuasa) dan kegiatan lainnya seperti bermasyarakat dan belajar. Kesulitan pengaturan waktu ini dapat disebabkan kesibukan orang tua atau minimnya pengetahuan orang tua mengenai bagaimana mengatur jadwal harian.

Sebagian orang mungkin dapat meminta AI untuk membuatkan jadwal harian untuk mengisi waktu saat liburan Ramadhan. Namun lagi-lagi, dalam orang tua akan kesulitan dalam penerapannya. Orang tua yang bekerja formal tentu juga akan kesulitan mendisiplinkan anak untuk patuh terhadap jadwal yang  sudah dibuat tersebut. Hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab akibatnya, nilai-nilai spiritual yang seharusnya ditingkatkan selama Ramadan dapat terabaikan.

Anak Rentan Bosan, Stres dan Ketergantungan pada Gadget

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun