Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rempah yang Hilang di Meja Makan

16 September 2025   19:18 Diperbarui: 16 September 2025   19:18 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Ali pedagang sayur-mayur di Tlogosari Malang. Foto : Parlin Pakpahan

Rempah yang Hilang di Meja Makan

Kenaikan harga daging ayam dan sapi dalam beberapa bulan terakhir menimbulkan gelombang keresahan di banyak daerah, termasuk Malang. Apa yang sebelumnya menjadi sajian sehari-hari, kini berubah menjadi barang mewah yang harus dipertimbangkan ulang sebelum masuk ke keranjang belanja. Lebih dari sekadar hitung-hitungan ekonomi, kondisi ini mengguncang sendi kehidupan kuliner masyarakat, terutama karena lidah Indonesia sudah terbiasa dengan kelezatan bumbu rempah yang kaya.

Di tengah tekanan harga, banyak pedagang kuliner berusaha mencari jalan keluar. Ada yang memilih mempertahankan harga jual, namun menyederhanakan bumbu masakan. Ada pula yang menaikkan harga porsi, dengan risiko kehilangan pelanggan setia. Semua itu pada akhirnya menimbulkan satu persoalan baru: kualitas rasa yang berubah.

Kenaikan Harga yang Mengguncang

Pak Ali pedagang sayur-mayur di Tlogosari Malang. Foto : Parlin Pakpahan
Pak Ali pedagang sayur-mayur di Tlogosari Malang. Foto : Parlin Pakpahan

Kenaikan harga daging ayam dan sapi terjadi hampir merata di berbagai daerah di Indonesia. Di Jawa Timur, misalnya, harga ayam potong di Surabaya dan Malang sempat menembus Rp 40.000 per kilogram, dari sebelumnya sekitar Rp 33.000. Bahkan di beberapa wilayah, harga ayam melonjak lebih tinggi hingga Rp 45.000, melewati harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Harga daging sapi tidak kalah mengejutkan. Dari kisaran Rp 100.000 per kilogram, harga melonjak ke Rp 130.000 per kilogram. Kenaikan ini membuat sejumlah pedagang daging sapi melakukan aksi mogok, karena harga terlalu tinggi bagi konsumen dan menekan omzet mereka.

Beberapa faktor yang memicu lonjakan harga antara lain meningkatnya permintaan akibat perayaan besar, kenaikan biaya pakan, berkurangnya pasokan dari peternak, serta kebijakan fiskal berupa pengenaan pajak pertambahan nilai (PPn) 10 persen pada sapi impor. Kombinasi faktor-faktor tersebut menciptakan tekanan ganda: di satu sisi biaya produksi meningkat, di sisi lain daya beli masyarakat melemah.

Suasana di kasir Kios Sayur-mayur Pak Ali di Tlogosari Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Suasana di kasir Kios Sayur-mayur Pak Ali di Tlogosari Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Dampak bagi Pedagang Kuliner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun