Surutnya keyakinan ekonomi masyarakat adalah peringatan dini yang harus ditanggapi dengan serius. Angka-angka survei BI dan data BPS hanyalah cerminan dari keresahan nyata di lapangan: sulitnya mencari pekerjaan, tergerusnya daya beli, serta stagnasi UMKM.
Solusi terbaik tidak bisa tunggal, tetapi harus terpadu : penciptaan lapangan kerja, penguatan UMKM, perlindungan sosial, serta pemulihan kepercayaan publik. Malang dan Jawa Timur bisa menjadi laboratorium penting untuk strategi ini, mengingat dinamika sosial ekonominya yang kompleks.
Jika langkah-langkah tersebut dijalankan dengan konsisten, pesimisme masyarakat bisa berangsur berubah menjadi optimisme yang rasional. Ekonomi Indonesia akan menemukan kembali jalannya, bukan hanya tumbuh dalam angka, tetapi juga terasa nyata dalam kehidupan sehari-hari warga.
Malang dapat dijadikan contoh bagaimana strategi lokal bisa menopang daya tahan masyarakat.
Ada beberapa langkah spesifik yang bisa diambil pemerintah kota maupun kabupaten : Menghidupkan kembali pasar tradisional dengan wajah baru. Pasar tidak sekadar tempat jual beli, tetapi bisa dijadikan pusat ekonomi kreatif dengan konsep bersih, nyaman, dan terintegrasi digital; Mengembangkan pariwisata berbasis komunitas. Malang punya potensi besar: mulai dari wisata alam, heritage, hingga kuliner. Jika dikelola berbasis masyarakat, peluang kerja lokal akan terbuka lebih luas; Mendorong koperasi modern. Koperasi bukan sekadar formalitas, tetapi bisa menjadi wadah pengadaan bahan baku murah, distribusi bersama, hingga platform e-commerce kolektif; Festival ekonomi rakyat. Event rutin seperti pameran produk UMKM, festival kuliner, atau bazar kebutuhan pokok dapat meningkatkan sirkulasi uang di masyarakat bawah.
6. Optimisme yang Rasional
Meskipun data menunjukkan pesimisme meningkat, penting untuk diingat ekonomi Indonesia masih memiliki fondasi cukup kuat. Pertumbuhan ekonomi nasional masih bergerak positif meski melambat, sektor digital dan pariwisata mulai pulih, serta potensi pasar domestik yang besar tetap menjadi modal utama.
Namun, optimisme yang diperlukan bukanlah optimisme kosong. Ia harus lahir dari kebijakan yang tepat, tindakan yang nyata, serta keberanian pemerintah dan masyarakat untuk beradaptasi. Penghematan memang wajar, tetapi tidak boleh membuat roda ekonomi berhenti total. Konsumsi tetap harus dijaga, meski dengan pola yang lebih bijak.
7. Fokus pada Generasi Muda : Dari Pengangguran Menjadi Inovator
Data BPS menunjukkan lebih dari separuh pengangguran Indonesia saat ini berasal dari kelompok usia muda. Sekitar 3,55 juta pengangguran adalah Gen Z berusia 15 - 24 tahun, ditambah hampir 2 juta orang dari kelompok usia 25 - 34 tahun. Ini artinya masa depan ekonomi bangsa sedang berada di persimpangan jalan : apakah mereka akan menjadi beban demografi, atau justru bonus demografi?
Untuk menjawab tantangan ini, beberapa kebijakan khusus bagi generasi muda perlu diprioritaskan : Revitalisasi pendidikan vokasi. Banyak anak muda kesulitan mendapat pekerjaan karena tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Sekolah vokasi, politeknik, dan SMK harus diperkuat dengan kurikulum adaptif serta keterlibatan dunia usaha; Program start-up berbasis kampus. Setiap universitas dapat menjadi inkubator bisnis. Mahasiswa tidak hanya diarahkan mencari kerja, tetapi juga menciptakan lapangan kerja melalui kewirausahaan. Pemerintah daerah bisa memberi insentif pajak atau subsidi modal awal; Pelatihan digital berskala massal. Anak muda sudah akrab dengan teknologi, tetapi belum semuanya punya keterampilan digital yang produktif. Program coding, desain, digital marketing, hingga analitik data bisa dibuka gratis atau murah dengan dukungan BUMN dan perusahaan besar; Green jobs untuk masa depan. Bidang energi terbarukan, pertanian organik, dan pengelolaan lingkungan bisa menjadi ruang kerja baru. Anak muda perlu dilibatkan dalam proyek percontohan energi surya, pengelolaan sampah kota, atau hutan kota; Platform kerja lokal. Daripada bergantung pada aplikasi global, pemerintah bisa mendorong aplikasi tenaga kerja lokal yang mempertemukan pencari kerja dengan kebutuhan usaha kecil di daerah, misalnya untuk proyek pariwisata, pertanian, atau UMKM.