Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Emas Untuk Sekolah

19 Juli 2025   16:22 Diperbarui: 19 Juli 2025   16:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emas Untuk Sekolah

Setiap awal tahun ajaran baru, rakyat kecil di berbagai kota di Indonesia menjalani rutinitas yang penuh tekanan : memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Di tengah janji pemerintah untuk menggratiskan pendidikan dasar dan menengah sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, realitas di lapangan masih jauh dari ideal. Banyak keluarga, terutama dari kalangan menengah ke bawah, harus merogoh kocek dalam-dalam - bahkan menjual aset berharga seperti perhiasan emas - demi membiayai pendidikan anak mereka.

Fenomena ini kembali mencuat pada awal tahun ajaran baru 2025/2026, sebagaimana terlihat di Kota Malang. Warga, terutama kaum ibu, berbondong-bondong ke toko perhiasan emas di Pasar Besar, Kecamatan Klojen, untuk menjual perhiasan mereka. Bukan demi konsumsi atau gaya hidup, melainkan untuk membayar seragam sekolah, buku, alat tulis, hingga berbagai biaya tak terduga lainnya yang kerap muncul meski sekolahnya disebut "gratis".

Fenomena yang Terulang Setiap Tahun

Para pemilik toko perhiasan di Malang menyebut bahwa fenomena ini sudah menjadi pola tahunan yang berulang, terutama pada dua momentum besar : tahun ajaran baru dan hari-hari raya besar seperti Idul Fitri dan Natal. Namun tahun ini, dibandingkan tahun 2024, terdapat peningkatan sebesar 10 persen dalam jumlah warga yang menjual emas mereka. Ini menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang lebih besar di masyarakat, yang membuat emas bukan lagi sekadar perhiasan, melainkan "tabungan darurat" yang sewaktu-waktu bisa dicairkan.

Kondisi ini bukan hanya terjadi di Malang, tetapi juga terlihat di berbagai kota besar, termasuk di kawasan Jabodetabek. Di tengah inflasi yang merangkak naik, kenaikan harga bahan pokok, dan kebutuhan pendidikan yang tetap mahal, rakyat kecil memilih jalan pintas : menjual emas. Ini adalah jalan terakhir bagi banyak keluarga agar pendidikan anak-anak mereka tidak terhambat.

Makna Emas dalam Kehidupan Rakyat Kecil

Di Indonesia, emas memiliki makna yang sangat penting, terutama bagi kaum ibu. Emas bukan sekadar perhiasan atau simbol status, tetapi juga bentuk investasi yang aman dan mudah dicairkan ketika dibutuhkan. Banyak keluarga menengah ke bawah membeli emas di kala ada rezeki berlebih, seperti ketika menerima THR, hasil panen, atau bonus tahunan. Emas kemudian disimpan, bukan untuk gaya hidup, tetapi sebagai jaminan untuk masa yad - terutama untuk kebutuhan mendesak seperti biaya pendidikan dan kesehatan.

Tradisi menyimpan emas ini adalah bentuk kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Namun yang memprihatinkan adalah ketika emas itu harus dijual hanya untuk membiayai sesuatu yang seharusnya dijamin oleh negara, seperti pendidikan dasar dan menengah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita belum benar-benar berpihak pada rakyat kecil.

Gratis Tapi Tidak Gratis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun