Parungpanjang : Eldorado yang Terlupakan Kini Dibangkitkan Dedi Mulyadi
Hari Minggu ketika itu, hujan sudah mulai reda saat saya tiba di Stasiun Parungpanjang. KRL dari Tanah Abang penuh sesak, seperti biasa. Saya hanya tinggal menunggu shuttle menuju perumahan Samanea Hill, kl lima kilometer melaju ke arah Cigudeg. Sembari menunggu, saya menepi di sebuah warung kopi kecil di dekat perhentian shuttle - ritual kecil yang biasa saya lakukan saat kembali ke tanah yang belakangan ini menjadi simbol dari dua sisi ekstrem Pembangunan : kemajuan dan kerusakan.
Parungpanjang, kecamatan di Kabupaten Bogor bagian barat, berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Tangerang. Wilayah ini berkembang sangat cepat karena posisinya yang strategis sebagai wilayah aglomerasi Jakarta. Namun kemajuan itu juga datang dengan harga mahal : jalan raya hancur-lebur, debu tambang menggila, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menyebar, dan nyawa melayang akibat kecelakaan truk tambang.
Namun, kabar baik datang dari Mulia dan Kenia, pasangan muda yang tinggal di Samanea Hill. Mereka memberi tahu bahwa Jalan Raya Parungpanjang kini mulai dibeton ulang. "Itu karena sudah dimulai oleh Pak Dedi Mulyadi," ujar Mulia, menyebut nama Gubernur Jawa Barat yang baru menjabat.
Tidak lagi hanya janji. Tidak ada lagi 'reserved', ujarnya. Hanya kerja nyata.
Sebuah Wilayah Bernama Eldorado
Parungpanjang pernah saya sebut sebagai "Eldorado yang noise dan terlupakan." Ia adalah wilayah yang kaya, tapi tak terurus. Bayangkan saja: Parungpanjang menjadi sumber batu andesit - batu vulkanik keras hasil subduksi Gunung Sudamanik - yang menjadi bahan utama proyek infrastruktur besar-besaran di Jakarta dan Tangerang.
Nama Gunung Sudamanik sendiri nyaris tak dikenal, tersembunyi dalam peta geologi di antara Gunung Gede, Pangrango, dan Salak. Namun batuannya menyuplai proyek-proyek prestisius seperti Jalan Tol Japek II Selatan, East Connecting Taxiway Bandara Soekarno-Hatta, hingga reklamasi Teluk Jakarta.
Dengan kata lain, apa yang berdiri megah di Jakarta, kemungkinan besar berasal dari serpihan bumi Parungpanjang.