Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Java Jazz Festival 2025 : Dua Dekade Merayakan Jazz, Tapi Kemana Arah Komunitasnya

31 Mei 2025   17:04 Diperbarui: 31 Mei 2025   17:04 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Java Jazz 2025, Perayaan 2o Tahun Eksistensi di Dunia Musik. (Sumber : porosjakarta.com).

Apa gunanya festival megah kalau tak membentuk komunitas. Ini mungkin pertanyaan kunci dari refleksi dua dekade Java Jazz. Komunitas jazz Indonesia saat ini masih terfragmentasi. Ada yang eksklusif di lingkaran tertentu, ada yang bergerak di jalur independen, dan ada pula yang terjebak di nostalgia tanpa regenerasi.

Sebenarnya potensi untuk membentuk komunitas yang kuat itu ada. Java Jazz memiliki infrastruktur, jaringan, dan rekam jejak yang luarbiasa. Tapi perlu niat untuk menjadikan festival ini lebih dari sekadar ajang tiga hari dalam setahun. Perlu ada program berkelanjutan : workshop, kolaborasi lintas kota, mentorship musisi muda, hingga kolaborasi dengan institusi pendidikan.

Model seperti Montreux Jazz Festival di Swiss atau North Sea Jazz Festival di Belanda bisa jadi inspirasi. Festival tersebut tidak hanya jadi ajang hiburan, tapi juga lembaga budaya yang mendidik, meneliti, dan mendorong evolusi jazz di negara mereka.

Menuju Masa Depan : Relevansi dan Regenerasi

Kunci dari keberlangsungan Java Jazz (dan jazz itu sendiri) di Indonesia ada pada dua kata : relevansi dan regenerasi. Apakah festival ini masih relevan bagi generasi muda. Apakah musisi muda punya ruang untuk tampil, belajar, dan berkembang. Apakah penonton generasi Z masih menganggap jazz sesuatu yang keren, atau hanya warisan dari generasi sebelumnya.

Jika tidak hati-hati, Java Jazz bisa kehilangan daya magisnya. Ia bisa jadi terlalu besar untuk lincah, terlalu mainstream untuk idealis, dan terlalu elit untuk membumi. Tapi jika mampu menjawab tantangan zaman, Java Jazz bisa tetap menjadi lokomotif musik berkualitas di Indonesia, dan bahkan Asia.

Java Jazz, Antara Harapan dan Tanggungjawab

Dua puluh tahun Java Jazz adalah pencapaian luarbiasa. Tapi setiap pencapaian besar datang dengan tanggungjawab yang tak kecil. Java Jazz bukan lagi hanya milik promotor atau sponsor. Ia sudah jadi bagian dari sejarah musik Indonesia.

Saatnya Java Jazz memikirkan dampaknya lebih luas. Bukan hanya soal tiket terjual atau line-up artis yang memukau. Tapi juga soal warisan budaya, pertumbuhan komunitas, dan masa depan jazz Indonesia. Karena pada akhirnya, festival musik terbaik bukan yang paling ramai - melainkan yang paling berarti.

Lihat :

https://www.tempo.co/teroka/java-jazz-2025-suguhkan-1-000-musisi-di-11-panggung-1583379

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun