Kembali ke esensi Fukuyama
Fukuyama menulis "Negara yang kuat bukan berarti negara yang menindas, tapi negara yang mampu bertindak. Dan untuk itu, ia butuh kepercayaan."
Jadi, cara untuk mencapai efisiensi adalah dengan memberdayakan birokrat, bukan melemahkan mereka.
Cara paling waras dan berorientasi solusi untuk mencapai efisiensi bukanlah dengan melemahkan birokrat - melainkan dengan memberdayakan mereka. Itu inti dari argumen Fukuyama yang sering disalahpahami oleh politisi populis maupun reformis yang terlalu administratif.
Efisiensi = Kapasitas + Kepercayaan
"Efisiensi pemerintahan bukan hanya soal cepat, tapi soal benar dan tepat guna. Itu hanya mungkin kalau orang yang menjalankan tugasnya punya wewenang, kapasitas, dan kepercayaan."
Kalau birokrat tidak dipercaya, maka mereka tidak berani ambil keputusan, semuanya menunggu izin atau aturan rinci; mereka hanya bekerja untuk 'compliance', bukan untuk hasil nyata; mereka jadi tidak inovatif, karena takut disalahkan jika keluar dari jalur formalistik.
Reformasi yang dibutuhkan bukan 'pemangkasan', tapi 'perbaikan kelembagaan'
Bukan soal memperkecil birokrasi, tapi bagaimana kita merekrut orang-orang terbaik ke dalam birokrasi (seperti model mandarin China atau civil service UK); mendidik mereka untuk berpikir strategis dan bertanggungjawab; membuat sistem akuntabilitas yang sehat dan berbasis performance, bukan sekadar kepatuhan prosedural. Fukuyama menyebut ini sebagai pergeseran dari "patrimonial state" ke "impersonal state"
Di negara-negara yang masih patrimonial (termasuk banyak wilayah di Indonesia), birokrasi itu seperti "perpanjangan tangan" elite atau pejabat politik. Padahal dalam impersonal state, birokrasi harus netral, profesional, dan punya kapasitas untuk bertindak atas nama kepentingan publik, bukan untuk menyenangkan atasan.
Bukti empiris