Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menyoal Tempo dan Kepala Babi + Bangkai Tikus

27 Maret 2025   19:33 Diperbarui: 27 Maret 2025   19:33 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kiriman Tikus ke Tempo. (Sumber :  solobalapan.jawapos.com).

Menyoal Tempo dan Kepala Babi + Bangkai Tikus

Cabut Revisi UU TNI dan Indonesia Gelap kembali muncul dalam trending Indonesia hari ini, menyusul sebuah artikel di detik edisi 24 Maret 2025 tentang Kantor media Tempo menjadi sasaran teror beruntun mulai dari kiriman kepala babi hingga bangkai tikus dengan kepala terpotong.

Baru saja kemarin saya ngobrol dengan sekumpulan mahasiswa di Caf Amstirdam, Malang. Ada yang berpendapat Tempo emang harus digituin. Nyaris tiap hari media yang satu ini kepo nggak kepuguhan. Eit jangan begitu, saya kira ini semua karena belum move on-nya bangsa ini dari Pilpres 2024 dan dari kenyataan di dunia sekarang, kasus middle-east misalnya.

Bagaimanapun kita harus meyakini pemerintahan baru sekarang sedang bergerak untuk membenahi negeri ini dan di pentas geopolitik khususnya middle-east kita tidak boleh lagi berpikir sektarianisme, misalnya Tempo yang selalu gegabah mengungkapkan fakta di middle east. Pernah Tempo mengekspose Indonesia akan membangun seratus mesjid di Gaza, sementara fakta terkait Gaza dilupakan, misalnya Mesir dan Jordania saja masih kebingungan keluar dari kotak berpikir lama ke kotak berpikir baru seperti Trump yang menawarkan orang Arab-Palestina sebaiknya eksodus ke negara lain. Pernyataan pebisnis ulung yang kini jadi Presiden AS itu baru out of the box, bukannya lagu lama yang selama ini dinyanyikan, tapi babakan berikutnya pasti kehancuran lagi dan kehancuran lagi buat Gaza. Masalahnya itu-itu juga.

So teror Kepala Babi dan Bangkai Tikus buat Tempo adalah sebuah gambaran buruk yang harus diakui bahwa media Tempo dan sebangsanya kebanyakan mendengus bak babi dipotong atau bak tikus mencicit riuh begitu dihajar manusia beradab.

Betapa polarisasi politik di Indonesia masih kuat, terutama pasca-Pilpres 2024. Benar, teror terhadap Tempo, apa pun latar belakangnya, tetap merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam sistem demokrasi. Juga benar, media, terlepas dari keberpihakannya, memiliki peran dalam memberikan informasi kepada publik, meskipun sering kali informasinya tidak sejalan dengan kepentingan pihak tertentu.

Mengenai revisi UU TNI dan tagar "Indonesia Gelap," ini adalah kekhawatiran masyarakat terhadap kebijakan pemerintahan baru. Ada ketakutan perubahan ini akan membawa Indonesia ke arah yang kurang demokratis, atau setidaknya menimbulkan ketidakpastian bagi sipil dan militer.

Di sisi lain, dalam konteks geopolitik middle-east, kita memang tidak bisa lagi berpikir sektarian atau hanya berdasarkan sentimen lama. Strategi seperti yang ditawarkan Trump mengenai eksodus Arab-Palestina memang terdengar out-of-the-box, tetapi juga kontroversial dan belum tentu bisa diterima secara luas. Di sisi lain, pembangunan 100 masjid di Gaza juga bisa dipertanyakan efektivitasnya dalam kondisi perang dan krisis kemanusiaan yang masih berlangsung hingga kini.

Kembali ke persoalan Tempo, jika media ini dianggap bias atau tidak akurat, seharusnya dibantah dengan argumen yang kuat, bukan dengan teror. Teror semacam ini justru memperburuk citra pihak yang diduga berada di baliknya, menunjukkan mereka lebih memilih intimidasi daripada perdebatan intelektual.

Pertanyaannya sekarang: Apakah kita ingin bergerak maju dengan pemikiran yang lebih rasional dan berbasis solusi nyata, atau terus terjebak dalam narasi lama yang berujung pada siklus konflik yang sama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun