Novel "Bumi Manusia" (1980) adalah salah satu karya sastra Pramoedya yang paling fenomenal. Novel ini adalah bagian pertama dari Tetralogi Buru, yang menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda pada awal abad ke-20.
Novel Bumi Manusia menceritakan tentang kehidupan Minke, seorang pemuda Jawa yang bersekolah di sekolah Belanda di Surabaya. Minke kemudian terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan mengalami banyak kesulitan dan tantangan.
Novel ini membahas tentang tema-tema seperti kolonialisme, rasisme, dan perjuangan kemerdekaan. Pramoedya juga mengeksplorasi tentang identitas bangsa Indonesia dan peranannya dalam sejarah.
Gaya penulisan Pramoedya dalam novel ini sangat unik dan inovatif. Ia menggunakan bahasa yang sederhana namun efektif untuk menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu.
Novel "Bumi Manusia" telah memiliki pengaruh yang signifikan dalam dunia sastra Indonesia dan internasional. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan telah menjadi salah satu karya sastra Indonesia yang paling terkenal di dunia.
Kalau penulis bandingkan dengan STA misalnya dalam karyanya Kalah dan Menang. Sama-sama bagusnya, tapi karya Pram unik dan Inovatif. Kisah sejarah kelam masa lalu itu sangat hidup di tangan Pram.Â
Idiom-idiomnya sungguh reflektif dan menggelitik. Dalam Bumi Manusia kita dapat membayangkan Patriarki Jawa yang ortodoks. Tak heran patriarki ortodoks itu banyak dikecam Kartini karena mengesampingkan kaum perempuan begitu saja.Â
Kita juga bisa membayangkan dari narasi Pram melalui buku Bumi Manusia bahwa penjajahan itu tak lagi memandang kita sebagai manusia, melainkan sebagai sapi perahan yang diperah tak berkeputusan sampai akhir hayatnya.
Yang perlu menjadi catatan kita disini bahwa penerbitan tetralogy Buru memiliki sejarah yang kompleks. Pada awalnya, novel-novel tersebut diterbitkan secara terpisah oleh beberapa penerbit, seperti Penerbit Nusantara dan Penerbit Gramedia.
Penerbit Hasta Mitra kemudian menerbitkan tetralogi Buru dalam bentuk edisi lengkap pada tahun 1980-an. Edisi ini menjadi sangat populer dan dianggap sebagai edisi standar dari tetralogi Buru.
Saat ini, tetralogi Buru telah diterbitkan ulang oleh beberapa penerbit, termasuk Penerbit Lentera Dipantara dan Penerbit Gramedia.