Pram murka melihat kampus rasa pabrik
Pramoedya Ananta Toer dengan brilian menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang pribumi yang terjajah.
Buku-buku Pramoedya Ananta Toer diterbitkan lagi dengan dandanan baru.
Film ini berlatar belakang di awal abad-20, yang menceritakan tentang pemuda pribumi yang memperjuangkan kisah percintaannya di era kolonial Belanda
Pameran seni rupa, dari patung hingga sketsa wajah Pramoedya Ananta Toer, menjadi sorotan utama dalam Festival Blora Seabad Pram.
Pramoedya melukiskan tokoh utama Jacques Pangemanan seolah berada dalam rumah kaca, bisa melihat keadaan di luar namun tetap terkurung di dalam.
Pram menghidupkan lagi sejarah diskriminasi wanita yang sering dilupakan, menjadikan suara kaum wanita semakin nyaring terdengar
Jejak langkah diawali dengan perginya Minke ke Batavia melanjutkan sekolah di STOVIA. Di sana, selain menulis, ia juga menjadi penggerak organisasi.
Pramudya Ananta Toer,Bumi Manusia,Panggil Aku Kartini Saja
6 Februari 2025 menjadi momen peringatan 100 tahun hari lahirnya Pramoedya Ananta Toer, sosok yang banyak mengajarkan keberanian & kemanusiaan tinggi.
Sadar atau tidak, ada jejak feminisme dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer, seperti dalam Bumi Manusia, Gadis Pantai dan Panggil Aku Kartini Saja
Bumi Manusia adalah salah satu dari 4 buku Tetralogi Buru. Ditulis saat pengasingannya di Pulau Buru oleh Pemerintah Orba. Buku ini berupa Novel.
Seabad Pramoedya, mengenang perjuangan, semangat, dan warisan penting melalui karya-karya yang tak lekang waktu.
Sebuah cerita tentang Tetralogi Pulau Buru dan Bumi Manusia yang pernah diangkat ke layar lebar
Telah tiada, jejak langkahnya masih terbaca. Seabad Pramoedya Ananta Toer dan yang tercerna daripadanya.
Buku buku Pramoedya dilarang di zaman orde baru. Untuk membaca bumi manusia saya harus membaca versi bahasa Inggris yang tanpa cover loh
Membaca Pramoedya bukan sekadar menikmati novel, tapi juga menelusuri sejarah dan kesadaran. Sudah siap merayakan Seabad Pram?
Pramoedya berusaha melawan melalui pemikiran kritisnya-dari novel dan para tokoh perempuan ia bersuara.
Kisah ini saya tulis untuk merayakan seabad Pram. Saya tidak akan berkisah andaikan bukan perayaan karena ceritanya agak memalukan
Seabad Pram yg dirayakan Kompasiana sngt menggetarkan. Betapa tdk. Kita mengenang pujangga besar tak ada duanya di negeri ini : Pramoedya AnantaToer.