Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Teacher St Bellarminus-Jakarta, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Benarkah MBG Bikin Orangtua Bisa Menabung Jutaan Rupiah?

16 Oktober 2025   21:14 Diperbarui: 16 Oktober 2025   21:14 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menabung (Sumber: https://www.jawapos.com/lifestyle/01246904/7-langkah-sederhana-menghemat-pengeluaran-tiap-hari)

Orangtua yang membekali anaknya dengan uang jajan bertujuan agar anak bisa membeli makanan di kantin sekolah atau pedagang lain di sekitar sekolah. Ini imajinasi orangtua kan.

Ketika program Makan Bergizi Gratis (MBG) didengungkan, banyak orangtua yang merasa tertiup angin segar. Mereka membayangkan kalau sampai program itu berjalan, lumayan nih bisa menghemat pengeluaran harian, terutama berkaitan dengan memberi makan anak saat berada di sekolah.  

Saya pun sempat membayangkan hal yang sama. Ketika makan gratis diluncurkan, imajinasi orangtua adalah ada pos pengeluaran yang bakal "dicoret" dari daftar pengeluaran harian atau bulanan.

Secara teori, pengeluaran harian yang biasanya dialokasikan untuk bekal dan jajan anak yang bisa mencapai puluhan ribu rupiah per hari per anak. Dengan asumsi anak tidak lagi membeli jajanan di sekolah secara rutin, potensi penghematan ini bisa mencapai jutaan rupiah per tahun per keluarga jika memiliki anak lebih dari satu.

Program MBG menyediakan makanan bergizi dengan anggaran sekitar 10.000 rupiah per porsi per orang. Ini berarti secara ekonomi, orang tua dapat menghemat sejumlah 250 ribu (jika ada 25 hari belajar di sekolah selama sebulan) perbulan atau sebesar 2.750.000 per tahun (atau sebesar 11 bulan efektif).

Pengurangan pengeluaran ini diklaim sebagai bukti bahwa MBG efektif menurunkan beban ekonomi keluarga khususnya dalam aspek pengeluaran makanan anak di sekolah.

Awal mula program MBG berjalan, para pedagang makanan di beberapa sekolah merasakan penurunan omzet karena seluruh siswa tidak membelanjakan uang jajannya karena sudah mendapat makan gratis di sekolah. 

Seiring waktu, orang tua kembali membekali anaknya dengan uang jajan. Survei menunjukkan bahwa sebagian anak tetap menerima uang saku dari orang tua, sebagai pelengkap atau tambahan makanan dari MBG. Tentu alasan orangtua beragam. Mungkin porsi MBG dianggap kurang banyak, lalu sebagai tambahan, membekali anak dengan uang jajan dan bisa membeli makanan tambahan. 

Tapi yang menarik bagi saya adalah soal perubahan rencana orangtua dalam memberikan uang jajan anak itu. Kalau semula, uang jajan dikurangi bahkan ada anak yang tidak membawa uang jajan lagi  ke sekolah, kini anak sudah mengantongi uang jajan kembali. Ini berarti, pos pengeluaran yang tadinya terbayang akan hilang, kini muncul kembali. 

Jika uang saku masih tetap diberikan orangtua kepada sebagian anak sebagai pelengkap, ini artinya penghematan orangtua tidak sepenuhnya berkurang signifikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun