Setiap orang tua pasti pernah merasakan kepanikan saat melihat anaknya menderita. Bagi saya, kepanikan itu datang beberapa hari lalu, dibungkus dalam rintihan malam dan wajah murung anak kedua saya.Â
Ia mengeluh sakit gigi, sebuah penderitaan kecil yang terasa sangat besar bagi anak-anak. Malam-malam yang seharusnya tenang berubah menjadi sesi menahan nyeri. Anak saya hanya bisa ngahuhu, menahan sakit hingga air mata tumpah.
Penyebabnya sudah kami ketahui bersama. Istri saya sering mengingatkan bahwa anak kami punya kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging.Â
Ia sangat doyan dengan makanan dan minuman manis, terutama menjelang waktu tidur. Es krim, cokelat, permen semua menjadi favoritnya. Masalahnya, kesukaan pada yang manis itu tidak dibarengi dengan tanggung jawab.
Kebiasaan menggosok gigi anak saya sangat buruk. Ia melakukannya hanya sesekali, jika sedang mau saja. Jika tidak mood, sikat gigi bisa terlewat dua hari berturut-turut.Â
Istri saya sudah berulang kali menegur, menjelaskan pentingnya merawat gigi, tetapi nasihat itu seolah mental. Wajar saja jika akhirnya sakit gigi itu datang, kata istri saya, karena kebiasaan merawat gigi yang kurang bagus adalah pemicu utamanya.
Beberapa hari pertama kami masih mengandalkan pertolongan pertama dari rumah. Kami punya stok obat sakit gigi yang biasa dikonsumsi istri saya karena ia juga terkadang mengalami hal serupa.Â
Obat itu diberikan sesuai dosis yang dianjurkan. Kami berharap, setelah minum obat, rasa sakitnya akan mereda dan anak bisa tidur dengan nyenyak.
Namun, kenyataannya tidak demikian. Sakit gigi yang diderita anak saya seolah kebal terhadap obat yang kami berikan. Setelah minum obat pun, beberapa jam kemudian nyeri itu kembali menyerang.Â
Anak saya kembali murung, kembali ngahuhu di pojok kamar. Kami mulai frustrasi. Malam menjadi sangat panjang dan melelahkan, bukan hanya bagi anak, tetapi juga bagi kami orang tuanya.
Kami memang belum sempat membawanya ke dokter gigi. Kesibukan harian dan keyakinan awal bahwa obat rumahan akan cukup meredakan sakit menjadi alasan utama penundaan tersebut.Â