Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengatasi Over Populasi Anjing dan Kucing di Perkotaan Kita

29 Agustus 2023   15:52 Diperbarui: 3 September 2023   00:39 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekelompok kucing di Aoshima, salah satu pulau kucing di Jepang. Sumber: iStockphoto/ES3N via Kompas.com 

Ilustrasi anjing dan kucing yang mulai menyesaki perkotaan kita sekarang. Foto : vice.com
Ilustrasi anjing dan kucing yang mulai menyesaki perkotaan kita sekarang. Foto : vice.com

Over populasi

Yang pasti, meningkatnya populasi hewan peliharaan yang tidak terlatih dan tidak terkontrol, itu akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Peningkatan kotoran hewan peliharaan dan potensi penyebaran penyakit menjadi perhatian utama.

Mengutip Leonie Helm : Kerugian lain yang jelas .. adalah kebersihan. Meskipun kita mungkin menganggap anjing kita bersih, kenyataannya kita tidak pernah tahu apa yang mungkin ada di sela-sela jari kakinya, atau di bulunya, atau di mulutnya. Suka atau tidak, anjing tidak memiliki kebiasaan kebersihan yang sama seperti kita dan membawa banyak kotoran dan terkadang parasit .. Lih newsweek.com dalam https://tinyurl.com/2dog7gyd

Karenanya, perlu ada langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari perilaku semacam ini.

Pendidikan tentang tanggungjawab terhadap hewan peliharaan sebaiknya dimulai sejak usia dini. Sekolah-sekolah dapat memasukkan mata pelajaran atau kegiatan yang mengajarkan nilai-nilai penting terkait perlindungan hewan dan bagaimana merawat hewan peliharaan dengan baik.


Yang penting meski bukan yang terpenting adalah bagaimana kita mencari keseimbangan antara keinginan untuk menyayangi hewan dan tanggungjawab terhadap hewan peliharaan serta dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat. Upaya kolaboratif dari individu, komunitas, dan pemerintah dapat membantu mengatasi masalah ini dan dapat menciptakan situasi di mana hewan peliharaan dapat hidup sejalan dengan lingkungannya.

Tempat penampungan hewan yang terbatas di perkotaan seperti penampungan anjing di Pejaten Jakarta, dan ada perorangan seperti seorang alumni FEB UI di Depok yang menampung kucing telantar yang tak jelas pemiliknya. Contoh lain di kota Malang yang populasi kucingnya kini minta ampun, sudah saatnya pemerintah setempat dan stake holdernya memprakarsai penampungan kucing tak jelas itu.

Terbuai sebagai kota pendidikan, tak heran banyak mahasiswa luar yang belanjanya pas-pasan sok pelihara kucing dan anjing, tapi hanya sekadar show nih gue penyayang binatang, sedangkan memberi makan dan merawatnya urusan belakang. Tak heran tempat penampungan dimaksud sepertinya jalan di tempat. Sebagaimana halnya tempat penampungan anjing tak jelas di Pejaten, Jaksel, tempat penampungan itu pada kenyataannya kekurangan dana untuk melanggengkannya.

Asal-lah tau, kebanyakan hewan yang berakhir di tempat penampungan berasal dari pemilik yang tidak lagi mampu atau ingin merawat mereka. Keputusan asal-asalan terhadap adopsi hewan dan kurangnya pemahaman mengenai tanggungjawab pemilik hewan dapat berkontribusi pada masalah over populasinya anjing dan kucing jalanan di perkotaan kita sekarang.

Langkah-langkah yang diperlukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun