Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Oret-Oretan Seputar Kajoetangan Heritages di Kota Malang

13 Juli 2023   16:25 Diperbarui: 13 Juli 2023   16:33 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengamen Jalanan yang dinilai profesional bebas ambil pentas di trotoar Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Hotel Kayu Tangan di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.
Hotel Kayu Tangan di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Mengantisipasi Kritik

Perkembangan awal Kajoetangan banyak disasar pengritik. Mengapa? Anggaran  Pemkot yang banyak dituangkan untuk Kajoetangan sebetulnya dapat digunakan untuk membenahi ekonomi kerakyatan di seputar Malang terlebih setelah hantaman Pandemi Covid-19 selama dua tahun lebih terhitung Maret 2020-Juni 2023.

Kritik tajam juga datang dari kalangan native Malang, khususnya para seniman dan sejarawan. Kata mereka lampu hias di sepanjang Kajoetangan meniru lampu hias Malioboro Yogyakarta. Ini tak mencerminkan Malang tempo doeloe yang sesungguhnya.

Hotel Hanoman di Hanoman Resort, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.
Hotel Hanoman di Hanoman Resort, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.

Kemudian setelah pulau jalan di Kajoetangan dibongkar dan dikembangkan menjadi jalan satu arah saja yaitu dari Celaket langsung ke Kajoetangan yang berujung di alun-alun kota, dan arah balik dari alun-alun kota diteruskan ke kiri ke arah Pecinan atau ke kanan ke arah Kauman kemudian belok ke kiri ke arah Jalan Kawi dan Jalan Besar Ijen. Kritik lambat-laun berkurang, tapi timbul masalah baru, yaitu meski lalu lintas hanya satu arah saja, tapi kenderaan pengunjung di malam hari tetap bikin macet jalanan.

Yang perlu diwaspadai disini adalah hal-hal sebagai berikut :

Prioritas Penggunaan Anggaran. Kritik terhadap penggunaan APBD Kota Malang adalah hal yang wajar. Karenanya pemerintah perlu mempertimbangkan kebutuhan ekonomi kerakyatan sekitar Malang dan memastikan bahwa pembangunan kawasan tersebut tidak mengabaikan kepentingan masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata harus sejalan dengan upaya memperbaiki perekonomian daerah.

Gn Panderman, view dari Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.
Gn Panderman, view dari Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.

Kritik terhadap Desain dan Identitas. Kritik bahwa pengembangan Kajoetangan Heritages meniru lampu hias di Malioboro Yogyakarta dan tidak mencerminkan identitas Malang tempo doeloe adalah hal yang valid. Waspadalah jangan kesusu begitu saja. Dengan kata lain tetaplah jaga keaslian dan karakteristik kawasan tersebut agar tetap mencerminkan sejarah dan budaya setempat. Pengembangan kawasan heritage harus menghormati warisan budaya yang ada.

Masalah Lalu Lintas. Meski ada langkah-langkah seperti membuat jalan satu arah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, masalah kemacetan tetap bisa terjadi terutama saat malam hari ketika jumlah pengunjung meningkat. Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini, seperti pengaturan lalu lintas yang lebih baik, atau memberikan alternatif transportasi yang lebih efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun