Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Oret-Oretan Seputar Kajoetangan Heritages di Kota Malang

13 Juli 2023   16:25 Diperbarui: 13 Juli 2023   16:33 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengamen Jalanan yang dinilai profesional bebas ambil pentas di trotoar Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Oret-Oretan Seputar Kajoetangan Heritages di Kota Malang

Kajoetangan Heritages adalah sebuah kawasan wisata kota yang baru dikembangkan Pemkot Malang, Jatim. Meski baru 1 tahun terakhir ini resmi digunakan, tapi semakin ramainya pengunjung lokal maupun turis asing yang berdatangan di malam hari, maka Pemkot Malang harus menyikapinya dengan positif seraya memperhatikan masukan dari segala arah sejauh relevan dengan pengembangan kepariwisataan kota.

Gagasan ini berawal dari keprihatinan bahwa kota Malang, apabila dibiarkan berkembang begitu saja,  berkecenderungan akan meninggalkan keanggunan perkotaan tempo doeloe legacy Belanda, karena didesak oleh percepatan pembangunan dan pengembangan kota, khususnya pesatnya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Santai di Hungry Kitchen, Ijen Besar, kota Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Santai di Hungry Kitchen, Ijen Besar, kota Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Peletak dasar Kota Malang baik dalam gagasan maupun visi modern pada awal abad 20 jelas adalah Belanda. Ada tahapan-tahapan pembangunan yang dilakukan Belanda untuk itu. Sebagai awal setelah residensi "Kaum Londo" atau Elit Belanda di Ijen Besar selesai dibangun, menyusul Kajoetanganlah yang dikembangkan. Catatan sejarah menegaskan bahwa kawasan ini dulu adalah pusat perniagaan pertama pada zaman Belanda dan disitu pula Balaikota pertama Malang dibangun meski jejaknya tak kelihatan lagi.


2020 Pemkot Malang mulai mengembangkannya, dengan pertama-tama memperlebar trotoar sepanjang Kajoetangan dan menanaminya dengan pohon kanopi medium yi Pohon Tabebuya, sebuah jenis tanaman hias sekaligus peneduh dari Amerika latin, yang sukses ditanam di Surabaya di bawah Walikota Risma ketika itu. Tak lupa kiri-kanan jalan dilengkapi dengan lampu-lampu hias jadul yang tiang dan kubahnya tempo doeloe dicopy oleh pengrajin besi Malang dari desain Eropa, dan setelah rapi menyusul bangku-bangku duduk antik terbuat dari besi ditanam permanen berbanjar di sepanjang trotoar yang telah dilebarkan itu.

Grup Tugu dengan Kawisari Koffie-nya sudah aktif di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.
Grup Tugu dengan Kawisari Koffie-nya sudah aktif di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Pengembangan kawasan ini yang semula banyak dicecar kritik, ternyata terbukti  memiliki potensi yang menarik dan memiliki keberlanjutan yang baik dalam jangka panjang.

Mindset Baru

Belajar dari pengembangan awal, menyusul pengembangan lain yang serupa tapi tak sama karena terletak agak jauh di sebelah barat yang sekarang jadi jalan alternatif ke kawasan wisata Batu, yi Jln Joyoagung Raya tak jauh dari Kompleks Joyogrand, Merjosari, dimana sudah banyak kafe-kafe buat destinasi atau sekadar cangkruk turis lokal maupun mancanegara setelah seharian berwisata menjelajah Malang Raya ntah itu Batu, Lereng Bromo, Kawi, Sendangbiru di Pantai Selatan, situs Kanjuruhan, Singosari dll.

Tidak bisa tidak Pemkot Malang harus membangun mindset baru yang serba gres sebagai berikut : 

Pertama, Pelestarian Warisan Budaya. Haruslah dipastikan terlebih dahulu kawasan Kajoetangan Heritages mempertahankan warisan budaya dan sejarahnya yang meliputi masa kolonial Belanda, misalnya pelestarian bangunan bersejarah, arsitektur, dan situs-situs penting lainnya disitu seperti Oen Ice Cream Palace, perkampungan tempo doeloe Kajoetangan di belakang Jln Basuki Rachmat yang disebut Kajoetangan Heritages itu, Rajabally dll agar identitas kawasan tsb semakin menarik minat wisatawan yang tertarik pada sejarah.

Kopi Lontjeng yg juga jadul sudah kembali aktif di Kajoetangan Heritages, Foto: Parlin Pakpahan.
Kopi Lontjeng yg juga jadul sudah kembali aktif di Kajoetangan Heritages, Foto: Parlin Pakpahan.

Kedua, Pengembangan Infrastruktur. Untuk memajukan kawasan ini, perlu dilakukan pengembangan infrastruktur yang tepat. Ini mencakup pemeliharaan jalan dan aksesibilitas yang baik ke area ini, fasilitas umum seperti armada "mobile toilet", trotoar, dan tempat parkir yang memadai, serta pengembangan fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran, dan toko-toko. Ini penting, mengingat kebanyakan penghuni lama sudah tidur alias bangkrut sejak lama dan ini perlu difasilitasi pemerintah agar dapat bantuan pinjaman tapi yang pasti bantuan itu diarahkan untuk kepariwisataan dan bukan di luar itu.

Ketiga, Diversifikasi Pariwisata. Selain mempertahankan aspek warisan budaya, selanjutnya perlu dikembangkan lebih jauh beragam aktivitas pariwisata di kawasan ini. Misalnya, mengadakan festival budaya, pasar seni dengan menyewa salah satu gedung kuno disitu kemudian memolesnya atau sekurangnya mengambil tempat di emperan tertentu yang cukup lebar seperti di depan gedung BNI 46, dengan catatan gedung tsb yang mempunyai halaman depan yang cukup luas bisa dipinjam frequently dll. Sejauh ini baru para pengamen jalanan yang berkiprah. Itupun para pengamen yang telah diseleksi oleh Pemkot bahwa mereka terbukti profesional dalam bermusik dan bukan asal kencrang-kencreng memainkan gitarnya begitu saja. Ini akan menarik berbagai jenis wisatawan dan memberikan pengalaman yang berbeda.

Sebuah cafe jadul di Kajoetangan Heritages dgn motor Sundap jadul sebagai dekorasi depan. Foto: Parlin Pakpahan.
Sebuah cafe jadul di Kajoetangan Heritages dgn motor Sundap jadul sebagai dekorasi depan. Foto: Parlin Pakpahan.

Keempat, Pemberdayaan Komunitas Lokal. Pemkot Malang harus memastikan telah melibatkan komunitas lokal dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan Kajoetangan. Ini dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk masyarakat setempat, memberikan kesempatan kerja, dan menggali pengetahuan lokal untuk meningkatkan pengalaman wisatawan.

Kelima, Keberlanjutan Lingkungan. Dalam mengembangkan wisata kota disini, perlu diperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Upaya perlindungan lingkungan, seperti pengelolaan saluran pembuangan air limbah yang efisien dan upaya konservasi tanaman Tabebuya dan tanaman hias lainnya disitu. Ini akan menjadi faktor penting untuk menjaga daya tarik kawasan ini di masa depan.

Lampu hias di Kajoetangan Herirages dengan tiang dan kubah jadul yg semula dikritik sbg copy paste Malioboro Yogya. Foto: Parlin Pakpahan
Lampu hias di Kajoetangan Herirages dengan tiang dan kubah jadul yg semula dikritik sbg copy paste Malioboro Yogya. Foto: Parlin Pakpahan

Keenam, Pemasaran dan Promosi. Pemkot Malang dengan segala pemangku kepentingan disitu perlu melakukan pemasaran dan promosi yang efektif untuk menarik pengunjung. Gunakanlah platform digital, media sosial, dan kampanye pemasaran yang tepat yang dapat meningkatkan kesadaran tentang kawasan Kajoetangan Heritages dan menarik minat wisatawan lokal maupun internasional.

Dengan menyuntik aspek-aspek ini menjadi mindset baru baik bagi Pemkot maupu stake holdernya, kawasan Kajoetangan Heritages di Malang memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata kota yang menarik dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Hotel Kayu Tangan di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.
Hotel Kayu Tangan di Kajoetangan Heritages. Foto: Parlin Pakpahan.

Mengantisipasi Kritik

Perkembangan awal Kajoetangan banyak disasar pengritik. Mengapa? Anggaran  Pemkot yang banyak dituangkan untuk Kajoetangan sebetulnya dapat digunakan untuk membenahi ekonomi kerakyatan di seputar Malang terlebih setelah hantaman Pandemi Covid-19 selama dua tahun lebih terhitung Maret 2020-Juni 2023.

Kritik tajam juga datang dari kalangan native Malang, khususnya para seniman dan sejarawan. Kata mereka lampu hias di sepanjang Kajoetangan meniru lampu hias Malioboro Yogyakarta. Ini tak mencerminkan Malang tempo doeloe yang sesungguhnya.

Hotel Hanoman di Hanoman Resort, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.
Hotel Hanoman di Hanoman Resort, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.

Kemudian setelah pulau jalan di Kajoetangan dibongkar dan dikembangkan menjadi jalan satu arah saja yaitu dari Celaket langsung ke Kajoetangan yang berujung di alun-alun kota, dan arah balik dari alun-alun kota diteruskan ke kiri ke arah Pecinan atau ke kanan ke arah Kauman kemudian belok ke kiri ke arah Jalan Kawi dan Jalan Besar Ijen. Kritik lambat-laun berkurang, tapi timbul masalah baru, yaitu meski lalu lintas hanya satu arah saja, tapi kenderaan pengunjung di malam hari tetap bikin macet jalanan.

Yang perlu diwaspadai disini adalah hal-hal sebagai berikut :

Prioritas Penggunaan Anggaran. Kritik terhadap penggunaan APBD Kota Malang adalah hal yang wajar. Karenanya pemerintah perlu mempertimbangkan kebutuhan ekonomi kerakyatan sekitar Malang dan memastikan bahwa pembangunan kawasan tersebut tidak mengabaikan kepentingan masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata harus sejalan dengan upaya memperbaiki perekonomian daerah.

Gn Panderman, view dari Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.
Gn Panderman, view dari Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.

Kritik terhadap Desain dan Identitas. Kritik bahwa pengembangan Kajoetangan Heritages meniru lampu hias di Malioboro Yogyakarta dan tidak mencerminkan identitas Malang tempo doeloe adalah hal yang valid. Waspadalah jangan kesusu begitu saja. Dengan kata lain tetaplah jaga keaslian dan karakteristik kawasan tersebut agar tetap mencerminkan sejarah dan budaya setempat. Pengembangan kawasan heritage harus menghormati warisan budaya yang ada.

Masalah Lalu Lintas. Meski ada langkah-langkah seperti membuat jalan satu arah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, masalah kemacetan tetap bisa terjadi terutama saat malam hari ketika jumlah pengunjung meningkat. Pemerintah perlu melakukan evaluasi dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini, seperti pengaturan lalu lintas yang lebih baik, atau memberikan alternatif transportasi yang lebih efisien.

Hadipoeran, sebuah penginapan jadul di Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.
Hadipoeran, sebuah penginapan jadul di Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.

Pengelolaan Lalu Lintas yang terkoordinasi. Seyogyanya pengelolaan lalu lintas di Kajoetangan Heritages terkoordinasi dengan baik. Pemkot perlu bekerjasama dengan polisi lalu lintas, dan pihak terkait lainnya untuk mengatur arus kendaraan dengan baik, menyediakan parkir yang memadai, dan memberikan informasi yang jelas kepada pengunjung tentang jalur yang tersedia.

Dalam menghadapi tantangan ini, Pemkot dan pemangku kepentingan terkait mau mendengarkan kritik dan masukan dari masyarakat serta melakukan evaluasi terus menerus. Melibatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kawasan adalah penting untuk mencapai keseimbangan yang baik antara pelestarian sejarah, pembangunan ekonomi, dan kebutuhan lalu lintas yang efisien.

Kafe Sontoloyo, Jln Joyoagung Raya, Malang, tempat bersantai sehabis wisata keliling Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.
Kafe Sontoloyo, Jln Joyoagung Raya, Malang, tempat bersantai sehabis wisata keliling Malang Raya. Foto: Parlin Pakpahan.

Mengantisipasi Akselerasi

Kafe-kafe sudah mulai hidup di malam hari seperti Grup Tugu dengan Kawisari Koffie, termasuk Kopi Lontjeng dkk misalnya, begitu juga pengamen-pengamen jalanan yang mulai tertib memainkan musik di kakilima Kajoetangan, tak mau ketinggalan gerobak-gerobak dagangan para pegiat ekonomi mikro pun mulai berdatangan. Tanpa menafikan pegiat ekonomi mikro seperti mereka, "rombong" atau gerobak-gerobak pedagang kaki lima ini apabila tak ditata dengan baik ke depan akan semakin  banyak dan akan sulit diatur.

Wisata alam di Bukit Teletubbies, Bromo, sisi Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Wisata alam di Bukit Teletubbies, Bromo, sisi Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Bagaimana agar Kajoetangan ke depan ini tidak berkembang menjadi nggak keruan, tapi justeru bergerak dan berkembang menuju kawasan wisata kota yang baik karena para turis asing sangat memerlukannya, terutama yang mangkal di kota Malang seperti di Hotel, Homestay dll. Saat berwisata ke Bromo atau Batu, mereka akan keluar seharian, dan pada malam hari kembali dan butuh wisata kota yang hidup di malam hari seperti di Kajoetangan, perkafean Ijen Besar, perkafean Soehat tak jauh dari Unibraw, perkafean Joyoagung Raya dst.

Di satu sisi, pertumbuhan kafe, pengamen jalanan, dan gerobak pedagang kaki lima di Kajoetangan menunjukkan adanya potensi untuk menciptakan suasana yang hidup dan menarik bagi pengunjung. Yang perlu bagi Pemkot adalah tetap konsisten menjaga kawasan ini tetap teratur dan terorganisir agar dapat berkembang menjadi kawasan wisata yang baik.

Warga Bromo yang kian makmur dgn hasil kentang, terong Belanda dan kopi robusta Bromo.  Foto: Parlin Pakpahan.
Warga Bromo yang kian makmur dgn hasil kentang, terong Belanda dan kopi robusta Bromo.  Foto: Parlin Pakpahan.

Berikut beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk mengantisipasi akselerasi pertumbuhan kawasan Kajoetangan ke depan :

Perencanaan Tata Ruang yang Tepat. Pemerintah Kota Malang perlu melakukan perencanaan tata ruang yang matang untuk Kajoetangan, terutama menentukan zona-zona yang sesuai untuk kafe, gerobak pedagang, dan pengamen jalanan. Pengaturan yang baik akan membantu mengatur penempatan dan kuantitas mereka, sehingga kawasan tetap teratur dan tidak terlalu padat.

Lisensi dan Regulasi. Diperlukan lisensi dan regulasi yang jelas untuk kafe, gerobak pedagang, dan pengamen jalanan di Kajoetangan. Pemkot dalam hal ini dapat mengeluarkan persyaratan tertentu seperti izin usaha, peraturan kebersihan, dan peraturan kebisingan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara tertib dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Tampilan terbaru setasiun kereta api Kota Malang dari sisi Jln Panglima Sudirman. Foto: Parlin Pakpahan.
Tampilan terbaru setasiun kereta api Kota Malang dari sisi Jln Panglima Sudirman. Foto: Parlin Pakpahan.

Pengaturan Jam Operasional. Pemkot harus dapat memastikan jam operasional yang teratur dan wajar untuk kafe, gerobak pedagang, dan pengamen jalanan. Ketegasan Pemkot disini akan dapat membantu mengatur suasana di Kajoetangan. Pastinya, hal ini dapat meminimalkan potensi gangguan bagi warga sekitar dan kawasan itu tetap menyenangkan bagi pengunjung.

Pemeliharaan Kebersihan. Pemkot perlu menjaga kebersihan kawasan Kajoetangan dengan menyediakan fasilitas pembuangan sampah yang memadai dan melakukan pengawasan terhadap kebersihan umum kawasan. Melibatkan pedagang dan pengunjung dalam menjaga kebersihan juga penting untuk menjaga kawasan tetap teratur dan menarik.

Stasiun kereta api kota Malang yang baru, terasa teduh dan nyaman. Foto: Parlin Pakpahan.
Stasiun kereta api kota Malang yang baru, terasa teduh dan nyaman. Foto: Parlin Pakpahan.

Pengembangan Infrastruktur Pendukung. Pemkot perlu mengembangkan infrastruktur pendukung seperti "mobile toilet" atau toilet umum yang mobile, tempat parkir, dan fasilitas penunjang lainnya. Ini akan meningkatkan kenyamanan pengunjung dan memfasilitasi kegiatan komersial di kawasan tersebut.

Pelibatan Komunitas dan Pemangku Kepentingan. Pemkot perlu melibatkan komunitas setempat, pemilik usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengambilan keputusan dan pengembangan kawasan Kajoetangan. Dengan melibatkan mereka, dapat terbentuk kemitraan yang kuat untuk menjaga keberlanjutan dan kemajuan kawasan ini.

Dengan pendekatan yang baik dalam perencanaan, regulasi, dan pengelolaan, niscaya Kajoetangan dapat berkembang menjadi kawasan wisata yang hidup dan menarik bagi turis asing dan domestik. Keberhasilan ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, komunitas setempat, dan pemangku kepentingan terkait untuk mencapai visi bersama yang berkualitas dan berkelanjutan.

Joyogrand, Malang, Thu', July 13, 2023.

Obyek Wisata Jatim Park III di Batu, Malang Raya. Foto : Parlin Pakpahan.
Obyek Wisata Jatim Park III di Batu, Malang Raya. Foto : Parlin Pakpahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun