Tasya: "Woy lu berdua kenapa si, kok langsung pada diem gitu? Ini lagi Sinta, Â Putra dateng langsung jadi kaya patung gtu"
Sinta: "Ehh enggak, gua Cuma mikir, bisa gk ya gua sekampus sama Putra, Adipati, sama lu juga"
Putra: "Bisa dong, kita harus punya cita-cita yang bisa kita perjuangin bareng walaupun beda jalan, mungkin aja kita satu kampus tapi beda jurusan atau satu jurusan beda kampus"
Aku: "Oh jadi kalian berdua mau sekampus bareng nih? Hehe"
Sinta: "Kita semua lah bukan hanya gua, sama Putra doang"
Aku: "Hahaha iya iya paham kok"
Perbincangan seputar kuliah dan kampus berakhir sampai di situ, namun kami semua tetap merncanakan akan kemana kami setelah lulus SMA, meskipun memang rasanya tahun terakhir kami merasakan seragam putih abu-abu sangat berat dilepaskan. Terlebih jika mempunyai teman yang satu frekuensi dan membuat nyaman. Â Â Â Â Â
Namun aku masih terbelenggu dengan perasaan ku yang selama ini aku sembunyikan, apakah aku harus berterus terang kepada Sinta bahwa aku mempunyai perasaan kepadanya, ah tapi aku tidak siap dengan kenyataan yang akan aku terima. Mungkin cinta SMA, bisa saja sangat membekas dalam hidupku. Aku terlalu banyak berpikir dengan perasaan ku, ketakutan yang sering mendominasi dibanding memikirkan perasaan ku sendiri.
Aku membiarkan perasaan ini, ada di dalam hatiku. Entah bisakah aku menyatakannya kepada orang yang aku suka, aku serahkan kepada waktu dan semesta. Biarkan cinta ini tak terlihat dan mungkin saja bisa menghilang ketika sebuah perpisahan mulai datang.