Lantas bagaimana harus mematikan raga yang memiliki kompleksitas kebutuhan dan tak ingin dikhianati seperti ini? Kehendak ! Kehendak itu bagian lain dari manusia yang terstruktur dari rasionalitas, introspesksi, keinginan untuk berubah. Dan keberanian. Yang dapat mematikan raga dari kecengengannya adalah kehendak, rasio dan hati nurani plus keberanian dan tekad. Mematikan dengan cara bagaimana? Dengan membatasi segala keinginan yang berlebihan, dengan tidak terus melayani badan, dengan penyangkalan: menolak, menghentikan tuntutan-tuntutan yang tidak rasiona yang juga membawa nikmat sesaat. Ini pun masih tidak 100% berjalan.Â
Badan (raga) tidak pernah berhenti untuk menuntut segala keutuhannya. Lantas apa yang mau bagaimana lagi untuk menghadapi ini? KESADARAN. Selalu punya kesadaran atau lebih tepatnya daya ingat harus terus diaktifkan untuk mencegah tututan raga menjadi suatu ekspektasi yang berlebihan. Sadar bahwa raga ini selalu membutuhan dan mencari serta menuntut lebi dari apa yang dimiliknya sekarang saat ini dan di sini. Hidup dalam kesadaran lebih berwibawah daripada dikata mati rasa. Tapi yang lebih penting bukan hidup atas dasar keinginan orang dan mengikuti segala yang dimauinya melainkan hidup sesuai dengan kompas dan kursor kesadarn diri yang terus diaktifkan dengan daya ingat.
Apabila semua ini telah dilaksanakan tentu saja Jiwa akan bersinar, jiwa tidak dibudak oleh badan. Seba jiwa lebih tinggi kualitasnya daripada raga. Memang kuakui bahwa badan memberi arti pada jiwa  sehingga bisa disebut badan yang menjiwa dan sebaliknya badan hanya disebut badan atau tubuh hidup kalau ada jiwa, tanpa jiwa badan hanyalah mayat. Â