Hari itu tanggal 1 November. Kita duduk di tengah hujan gerimis di kap mobil Honda Jazz-mu yang penyok.
Diparkir di luar Warunk Upnormal Simpang Pamoyanan Pasir Kaliki, aku baru saja menarik uang dari ATM untuk menraktirmu makan malam untuk terakhir kalinya.
Kamu memesan Nasi Bakso Sambal Domba Membara + Telor, Pisang Bakar Keju Cokelat, dan Lychee Bigbang. Aku makan Indomie Rebus Anak Kos dan Air Mineral Club.
Kamu ingin berbagi minuman, aku mau berbagi masa lalu.
Suhu udara akan turun setiap hari, bukan rahasia lagi apa yang akan terjadi pada awal musim hujan: layar ponsel berjamur dan memori amburadul.
Hawa dingin yang tajam tidak menghentikanmu untuk mengenakan gaun hijau dan jaket denim. Kamu ingin malam itu---akhir musim dari sejarah kita yang gagal---berlangsung baik-baik.
Matahari mundur di balik siluet lahan pemakaman. Di atas kita, sepetak kecil cahaya menembus awan. Udara kering. Gradasi ungu lembayung dan raw sienna brownish. Pola Jack-O'-Lantern setelah Halloween.
Kamu menyobek bungkusan sambal pedas dan membacakan pesan dengan penuh hormat.
"Lakukan dengan penuh semangat atau tidak sama sekali."
"Aku bukan sekadar wajah cantik."