Saya ingat ketika melintas di jembatan di daerah Z. Rumah Suginur, teman dulu di pabrik kerupuk, tak jauh dari jembatan ini. Sekitar sepuluh tahun lalu ketika masih satu pabrik, saya pernah berkunjung ke rumahnya.
Sebenarnya sama sekali tak membayangkan untuk membelokkan motor saya ke rumah kawan lama itu. Tetapi barangkali sudah takdir.
Saya tengah mengirim paket ke daerah B. Hampir tiga bulan ini saya bekerja sebagai pengirim paket. Setiap hari pula hidup saya banyak dihabiskan di jalanan. Untuk sementara, pekerjaan ini lebih baik dari sebelumnya. Tetapi ke depan, tak tahu lagi.
"Syukuri saja mas.. " ujar istri saya beberapa waktu lalu.
Banyak bangunan baru di kiri kanan jalan menuju rumah Suginur. Dulu kawasan ini terbilang sepi. Saya beberapa kali berputar-putar. Hingga menyerah. Lalu mencari bantuan warga sekitar.
Ternyata Suginur kini menempati rumah istrinya. Rumahnya dulu dijual sepeninggal kedua orangtuanya.
Saya tiba di rumah yang dimaksud. Seorang lelaki berkumis lebat menghampiri saya. Baru setelah dua langkah kaki, saya mengenalinya dengan baik.
"Suginur??"
"Wibowo, kamukah itu hey teman??"
Lalu ia memeluk saya. Saya kaget bukan main. Masih saja dia seperti dulu. Waktu pamitan dari pabrik, dia juga memeluk saya. Tetapi harus saya akui, dia teman yang paling mengesankan.
Kami berjalan menuju rumahnya. Kami bercakap-cakap di beranda.